Kemen PUPR: penetrasi beton pracetak 30 persen di 2019
14 September 2016 16:16 WIB
Pekerja melintasi beton tol saat menyelesaikan pembangunan proyek Tol Depok-Antasari di Kawasan, Cilandak, Jakarta, Rabu (16/3/2016). Jalan tol Depok-Antasari (Desari) merupakan jalan tol penghubung Kota Jakarta Selatan dan Kota Depok sepanjang 12 kilometer yang diprediksi akan mengurangi kepadatan di jalan tol Jagorawi dan kemacetan di jalur utama TB Simatupang dan Lenteng Agung yang ditargetkan akan selesai pada 2019. (ANTARA FOTO/Teresia May)
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan penetrasi beton pracetak dan prategang sebesar 30 persen pada 2019.
"Saat ini baru 25,45 juta ton atau sekitar 18,6 persen berdasarkan data AP3I (Asosiasi Perusahaan Pracetak dan Prategang Indonesia)," kata Direktur Bina Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Ditjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR, Darda Daraba kepada pers usai membuka "Concrete Show South East Asia 2016" di Jakarta, Rabu.
Menurut Darda, peluang untuk ditingkatkan pemakaiannya di Indonesia akan sangat terbuka karena isu percepatan pembangunan infrastruktur merupakan sebuah keniscayaan saat ini.
"Jika tercapai 30 persen, berarti sekitar 41 juta ton proyek-proyek infrastruktur akan menggunakan beton pracetak dan prategang," katanya.
Oleh karena itu, tegasnya, pemerintah sendiri melalui sejumlah direktorat di Kementerian PUPR seperti Bina Marga, Cipta Karya dan Sumber Daya Air sangat mendorong pemakaian kedua jenis beton ini.
"Teknologi Pracetak dan Prategang untuk beton, sebetulnya sudah dikuasai oleh industri dalam negeri. Hanya saja perlu dorongan, sosialisasi yang masif dan contoh pemakaian," katanya.
Pihak terkait di tanah air, harus sama-sama memahami bahwa teknologi beton pracetak dan prategang ini, selain hemat, lebih akurat dari persyaratan konstruksi, juga lebih cepat dikerjakan.
"Bayangkan untuk membuat rumah tipe 36 saja, hanya perlu waktu hitungan jam sudah jadi dan dengan biaya jauh lebih murah," katanya memberikan contoh.
Optimistis
Ketua Asosiasi Perusahaan Pracetak dan Prategang Indonesia (AP3BI) Wilfred Singkali optimistis target penetrasi beton pracetak dan prategang sebesar 30 persen pada 2019 dapat tercapai.
"Industri itu mampu memenuhi sesuai permintaan sebesar itu," katanya.
Pasar sebesar itu, perlu didukung oleh sosialisasi yang massif oleh pihak terkait.
"Sekarang siapa pun harus mampu menyakinkan bahwa beton pracetak dan prategang kualitasnya sama dengan beton konvensional," katanya.
Tren pemanfaatan beton pracetak dan prategang sudah diadopsi oleh negara-negara maju hampir mencapai 80 persen seperti di Jepang.
"Jepang negara dengan rawan gempa, sudah pakai teknologi ini sudah lama dan sudah hampir 80 persen dari program pembangunan infrastruktur menggunakannya," katanya.
Dia juga menambahkan, untuk pasar domestik saja, industri beton pracetak dan prategang akan sangat besar permintaannya.
"Jadi, tak perlu membidik ekspor. Di dalam negeri saja, permintaannya akan melimpah," katanya.
"Saat ini baru 25,45 juta ton atau sekitar 18,6 persen berdasarkan data AP3I (Asosiasi Perusahaan Pracetak dan Prategang Indonesia)," kata Direktur Bina Penyelenggaraan Jasa Konstruksi Ditjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR, Darda Daraba kepada pers usai membuka "Concrete Show South East Asia 2016" di Jakarta, Rabu.
Menurut Darda, peluang untuk ditingkatkan pemakaiannya di Indonesia akan sangat terbuka karena isu percepatan pembangunan infrastruktur merupakan sebuah keniscayaan saat ini.
"Jika tercapai 30 persen, berarti sekitar 41 juta ton proyek-proyek infrastruktur akan menggunakan beton pracetak dan prategang," katanya.
Oleh karena itu, tegasnya, pemerintah sendiri melalui sejumlah direktorat di Kementerian PUPR seperti Bina Marga, Cipta Karya dan Sumber Daya Air sangat mendorong pemakaian kedua jenis beton ini.
"Teknologi Pracetak dan Prategang untuk beton, sebetulnya sudah dikuasai oleh industri dalam negeri. Hanya saja perlu dorongan, sosialisasi yang masif dan contoh pemakaian," katanya.
Pihak terkait di tanah air, harus sama-sama memahami bahwa teknologi beton pracetak dan prategang ini, selain hemat, lebih akurat dari persyaratan konstruksi, juga lebih cepat dikerjakan.
"Bayangkan untuk membuat rumah tipe 36 saja, hanya perlu waktu hitungan jam sudah jadi dan dengan biaya jauh lebih murah," katanya memberikan contoh.
Optimistis
Ketua Asosiasi Perusahaan Pracetak dan Prategang Indonesia (AP3BI) Wilfred Singkali optimistis target penetrasi beton pracetak dan prategang sebesar 30 persen pada 2019 dapat tercapai.
"Industri itu mampu memenuhi sesuai permintaan sebesar itu," katanya.
Pasar sebesar itu, perlu didukung oleh sosialisasi yang massif oleh pihak terkait.
"Sekarang siapa pun harus mampu menyakinkan bahwa beton pracetak dan prategang kualitasnya sama dengan beton konvensional," katanya.
Tren pemanfaatan beton pracetak dan prategang sudah diadopsi oleh negara-negara maju hampir mencapai 80 persen seperti di Jepang.
"Jepang negara dengan rawan gempa, sudah pakai teknologi ini sudah lama dan sudah hampir 80 persen dari program pembangunan infrastruktur menggunakannya," katanya.
Dia juga menambahkan, untuk pasar domestik saja, industri beton pracetak dan prategang akan sangat besar permintaannya.
"Jadi, tak perlu membidik ekspor. Di dalam negeri saja, permintaannya akan melimpah," katanya.
Pewarta: Edy Sujatmiko
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: