Bupati: Tolitoli lumpuh akibat banjir
13 September 2016 22:23 WIB
Dokumentasi: Jalur Trans Sulawesi Banjir Pengendara motor mencoba menembus banjir di jalur Trans Sulawesi Palu-Makassar, Tolai, Torue, Parigi, Sulawesi Tengah, Jumat (20/3/15) malam. (ANTARA FOTO/Fiqman Sunandar) ()
Palu (ANTARA News) - Bupati Tolitoli, Sulawesi Tengah, Mohammad Saleh Bantilan mengungkapkan, aktivitas warganya lumpuh akibat banjir yang menerjang daerah itu, Selasa siang.
"Semua jalan banjir. Tidak bisa orang lewat. Banyak rumah yang tergenang," kata Saleh Bantilan dihubungi dari Palu, Selasa malam.
Dia mengatakan, hujan yang turun sejak pagi hingga Selasa siang sangat deras sehingga hanya dalam waktu singkat Kecamatan Baolan, ibu kota Tolitoli langsung dikepung banjir.
"Banjirnya rata. Hampir semua rumah kena banjir," katanya.
Saleh kemudian turun langsung ke sejumlah lokasi banjir bersama masyarakat mengantisipasi terjadinya korban jiwa maupun harta benda dengan membantu masyarakat setempat.
Dia mengatakan, air hujan yang bersumber dari berbagai penjuru gunung di Tolitoli mengalir cepat ke pemukiman penduduk karena saluran tidak mampu lagi menahan debit air.
Selain itu, kata dia, banjir juga diperparah dengan naiknya air laut sehingga air hujan tidak langsung mengalir ke laut.
"Saya sudah minta ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah bongkar saluran yang menghambat jalannya air," katanya.
Dia mengatakan, warga terparah yang menjadi korban banjir adalah mereka yang bermukim di sekitar bantaran sungai khususnya di Kelurahan Tuweley.
"Mereka yang paling banyak korban. Perabot rumah tangga tergenang semua. Tidak sempat diselamatkan," katanya.
Ketinggian air di Kelurahan Tuweley khususnya di Jalan Anoa hampir mencapai atap rumah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat terpaksa mengevakuasi delapan warga terdiri dari orang hamil, anak-anak dan orang tua karena terjebak banjir.
Saleh mengatakan, pemerintah daerah melalui dinas sosial setempat akhirnya membuka dapur umum di Kelurahan Tuweley karena masyarakat tidak bisa lagi memasak.
"Walaupun banjir sudah surut, tapi masyarakat tidak bisa memasak karena perabotnya tergenang," katanya.
Saleh mengatakan hingga Selasa malam dirinya tidak mendapat laporan adanya korban meninggal dunia akibat banjir tersebut.
"Semua jalan banjir. Tidak bisa orang lewat. Banyak rumah yang tergenang," kata Saleh Bantilan dihubungi dari Palu, Selasa malam.
Dia mengatakan, hujan yang turun sejak pagi hingga Selasa siang sangat deras sehingga hanya dalam waktu singkat Kecamatan Baolan, ibu kota Tolitoli langsung dikepung banjir.
"Banjirnya rata. Hampir semua rumah kena banjir," katanya.
Saleh kemudian turun langsung ke sejumlah lokasi banjir bersama masyarakat mengantisipasi terjadinya korban jiwa maupun harta benda dengan membantu masyarakat setempat.
Dia mengatakan, air hujan yang bersumber dari berbagai penjuru gunung di Tolitoli mengalir cepat ke pemukiman penduduk karena saluran tidak mampu lagi menahan debit air.
Selain itu, kata dia, banjir juga diperparah dengan naiknya air laut sehingga air hujan tidak langsung mengalir ke laut.
"Saya sudah minta ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah bongkar saluran yang menghambat jalannya air," katanya.
Dia mengatakan, warga terparah yang menjadi korban banjir adalah mereka yang bermukim di sekitar bantaran sungai khususnya di Kelurahan Tuweley.
"Mereka yang paling banyak korban. Perabot rumah tangga tergenang semua. Tidak sempat diselamatkan," katanya.
Ketinggian air di Kelurahan Tuweley khususnya di Jalan Anoa hampir mencapai atap rumah.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat terpaksa mengevakuasi delapan warga terdiri dari orang hamil, anak-anak dan orang tua karena terjebak banjir.
Saleh mengatakan, pemerintah daerah melalui dinas sosial setempat akhirnya membuka dapur umum di Kelurahan Tuweley karena masyarakat tidak bisa lagi memasak.
"Walaupun banjir sudah surut, tapi masyarakat tidak bisa memasak karena perabotnya tergenang," katanya.
Saleh mengatakan hingga Selasa malam dirinya tidak mendapat laporan adanya korban meninggal dunia akibat banjir tersebut.
Pewarta: Adha Nadjemuddin
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: