Dua helikopter padamkan karhutla di hutan lindung
12 September 2016 23:26 WIB
Teknisi melakukan perawatan helikopter BNPB jenis MI-8 dan jenis MI-171 di Landasan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Riau, Kamis (11/8/2016). Kedua helikopter tersebut digunakan untuk pengeboman air dalam upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau. (ANTARA FOTO/Rony Muharrman)
Pekanbaru (ANTARA News) - Dua helikopter jenis MI-8 dan Sikorsky kembali diterbangkan guna menanggulangi kebakaran hutan dan lahan melalui operasi pengeboman air di Hutan Lindung Suligi di perbatasan Kampar-Rokan Hulu, Riau, Senin.
Komandan Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin Marsekal Pertama Henri Alfian di Pekanbaru menegaskan, kebakaran yang terjadi di Bukit Suligi pada hari ini merupakan imbas dari kebakaran yang terjadi sehari sebelumnya.
"Titik api masih berada di lokasi yang sama dengan kemarin," katanya.
Untuk itu, jika kemarin pengeboman air dilakukan dengan satu helikopter, pada hari ini dikerahkan dua unit heli dengan harapan titik api berhasil dibasmi.
Dari udara, terpantau asap tebal dari dua titik puncak bukit membumbung dan berpotensi mencemari udara di sekitar lokasi kebakaran.
Sementara itu, MI-8 dan Sikorsky terpantau silih berganti melakukan pemadaman. Total lebih dari 60 kali pengeboman air dilakukan kedua heli yang masing-masing mampu memuntahkan 5 ton sekali terbang itu.
Kawasan Hutan Lindung Bukit Suligi merupakan hamparan hutan tropis basah, dengan luas areal sekitar 300 hektare di Rokan Hulu. Kawasan tersebut berjarak sekitar 139 kilometer dari Kota Pekanbaru.
Pada saat pemadaman berlangsung, terlihat jelas bekas aktivitas pembalakan liar di kawasan tersebut.
Sejumlah gubuk juga terlihat jelas di sekitar lokasi itu. Sementara itu, berdasarkan laporan tim udara, saat pemadaman berlangsung terlihat pula sejumlah orang yang sedang beraktivitas tidak jauh dari bekas pembalakan liar dan titik api. Beberapa dari mereka dilaporkan pergi saat melihat tim udara mendekat.
Informasi yang dirangkum aktivitas penggundulan hutan di kawasan tersebut telah berlangsung lama.
Hutan Lindung Bukit Suligi selama ini dikenal karena keindahan panoramanya, gua dan air terjun. Namun, kawasan itu kini kian terancam akibat perambahan untuk dialihfungsikan secara ilegal menjadi perkebunan sawit, terutama di kaki bukit.
Perambahan lahan negara tidak hanya terjadi di Bukit Suligi, namun terjadi di sejumlah kawasan konservasi di Riau seperti Taman Nasional Tesso Nilo, Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, Hutan Lindung Rimbang Baling serta Taman Nasional Bukit Tiga Puluh.
Komandan Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin Marsekal Pertama Henri Alfian di Pekanbaru menegaskan, kebakaran yang terjadi di Bukit Suligi pada hari ini merupakan imbas dari kebakaran yang terjadi sehari sebelumnya.
"Titik api masih berada di lokasi yang sama dengan kemarin," katanya.
Untuk itu, jika kemarin pengeboman air dilakukan dengan satu helikopter, pada hari ini dikerahkan dua unit heli dengan harapan titik api berhasil dibasmi.
Dari udara, terpantau asap tebal dari dua titik puncak bukit membumbung dan berpotensi mencemari udara di sekitar lokasi kebakaran.
Sementara itu, MI-8 dan Sikorsky terpantau silih berganti melakukan pemadaman. Total lebih dari 60 kali pengeboman air dilakukan kedua heli yang masing-masing mampu memuntahkan 5 ton sekali terbang itu.
Kawasan Hutan Lindung Bukit Suligi merupakan hamparan hutan tropis basah, dengan luas areal sekitar 300 hektare di Rokan Hulu. Kawasan tersebut berjarak sekitar 139 kilometer dari Kota Pekanbaru.
Pada saat pemadaman berlangsung, terlihat jelas bekas aktivitas pembalakan liar di kawasan tersebut.
Sejumlah gubuk juga terlihat jelas di sekitar lokasi itu. Sementara itu, berdasarkan laporan tim udara, saat pemadaman berlangsung terlihat pula sejumlah orang yang sedang beraktivitas tidak jauh dari bekas pembalakan liar dan titik api. Beberapa dari mereka dilaporkan pergi saat melihat tim udara mendekat.
Informasi yang dirangkum aktivitas penggundulan hutan di kawasan tersebut telah berlangsung lama.
Hutan Lindung Bukit Suligi selama ini dikenal karena keindahan panoramanya, gua dan air terjun. Namun, kawasan itu kini kian terancam akibat perambahan untuk dialihfungsikan secara ilegal menjadi perkebunan sawit, terutama di kaki bukit.
Perambahan lahan negara tidak hanya terjadi di Bukit Suligi, namun terjadi di sejumlah kawasan konservasi di Riau seperti Taman Nasional Tesso Nilo, Cagar Biosfer Giam Siak Kecil, Hutan Lindung Rimbang Baling serta Taman Nasional Bukit Tiga Puluh.
Pewarta: Fazar Muhardi & Anggi Romadhoni
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: