Manokwari, Papua Barat (ANTARA News) - Hutan di wilayah Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, menjadi tempat hidup bagi 250 jenis burung dan hal ini dinilai sebagai potensi bagi pengembangan pariwisata di daerah tersebut.

Bupati Raja Ampat, Abdul Umlati, yang dihubungi dari Manokwari, Sabtu, mengatakan, selain dikenal sebagai objek pariwisata bahari, Raja Ampat juga menyimpan potensi kekayaan daratan yang luar biasa, di antaranya, burung yang hidup di hutan daerah itu.

"Jika hal ini bisa dikembangkan serta dikelola secara baik dan berkelanjutan, tentu akan mendatangkan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat," kata dia.

Dia menyebutkan, pemerintah daerah mendukung pengembangannya melalui kegiatan ekowisata berbasis masyarakat. Pengelolaan wisata tersebut harus mengedepankan prinsip-prinsip konservasi sehingga kelestariannya senantiasa terjaga.

Bupati menjelaskan, belum banyak informasi terkait potensi ragam hayati hutan Raja Ampat yang terangkat, termasuk ragam hayati burung. Hutan di Kepulauan Raja Ampat adalah rumah bagi beragam tumbuhan dan hewan unik dari jenis amfibi, reptil serta mamalia.

"Enam dari sepuluh burung yang hanya bisa ditemukan di Pulau Papua merupakan endimik Raja Ampat. Tak heran hal ini menjadikannya sebagai salah satu target utama para pecinta burung dunia untuk menikmati pesonanya," kata dia.

Bupati mengungkapkan, beberapa pulau yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati tinggi untuk wisata burung adalah Pulau Waigeo, Misool, Kofiau, Batanta dan Pulau Salawati.

Di Pulau Waigeo, wisatawan dapat melihat dengan mudah burung cenderawasih merah dan cenderawasih kecil yang sangat menarik, yakni cendrawasih botak.

"Ada juga burung maleo waigeo. (Aeypipodius bruijni), yang merupakan burung endemik karena hanya terdapat di Pulau Waigeo," ujarnya.

Informasi yang dihimpun dari The Nature Conservansy (TNC) Raja Ampat dan Fauna and Flora International (FFI) mencatat bahwa di Pulau Waigeo terdapat 173 spesies burung, 11 di antaranya adalah burung endemik Pulau Papua.

Michael K Tarburton dalam The Avifauna of Misool mencatat bahwa di Pulau Misool terdapat 141 jenis burung dan mempunyai potensi untuk wisata burung yang luar biasa. Pulau Misool adalah satu dari empat pulau besar di Kepulauan Raja Ampat.

Pada Mei 2015 lalu, sebuah tim yang terdiri dari TNC, Papua Bird Club dan Dr Richard Noske yang merupakan seorang ahli burung dari Australia yang juga Presiden Birds Queensland melakukan pengamatan burung di Pulau Misool dan Pulau Kofiau.

Dalam pengamatan di Kampung Kapatcol, Distrik Misool Selatan, tim melihat lima jenis cenderawasih, yaitu Paradisea minor, Cicinnurus regius, Cicinnurus magnificus, Manucodia ater), dan Manucodia chalybatus.

Untuk melihatnya relatif mudah karena lokasinya juga cukup terjangkau, yakni di hutan bakau dan hutan di atas dataran rendah.

Pada pengamatan di Pulau Kofiau, mereka bertemu dengan sekitar 50 jenis burung. Kofiau memiliki daya tarik bagi para peneliti maupun pengamat burung karena memiliki dua spesies burung endemik, yaitu burung raja udang kofiau dan raja udang kofiau alias kehicap kofiau.

Pada 23 Agustus 2016 di Kantor Bupati Raja Ampat di Waisai, Dinas Pariwisata setempat, TNC, FFI, Balai Konservasi Sumber Daya Alam dan Papua Bird Club menggelar Ekspos Ragam Hayati dan Pesona Burung Raja Ampat.

Kegiatan ini sebagai upaya untuk menyebarkan informasi ragam hayati dan pesona burung di Kepulauan Raja Ampat. Selain itu, hal itu sebagai ajang berbagi tentang pengelolaan wisata burung sehingga terbuka potensi, peluang, strategi pengembangan berikut upaya untuk mengatasi tantangannya.

Dari kegiatan tersebut, saat ini sedang dirintis pembentukan Forum Pemerhati Wisata Darat Raja Ampat yang anggotanya terdiri atas lintas elemen masyarakat, organisasi dan para pemangku kepentingan terkait.

Forum dibentuk untuk mendorong dan memajukan pengelolaan wisata darat agar mampu memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat dengan tetap mengedepankan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan.