Surabaya (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) akan memposisikan diri sebagai Pusat Informasi Bisnis (PIB) guna mengurangi informasi yang kurang proporsional (assymetric information) antara sektor riil dan perbankan (termasuk bank syariah) terkait dengan pembiayaan kepada sektor yang layak dibiayai. Selain itu, kata Kepala Bidang Ekonomi Moneter BI Surabaya, Benny Siswanto, Senin, dalam upaya mendukung peningkatan penyaluran pembiayaan bersifat produktif dengan prinsip bagi hasil, BI juga mendorong peningkatan Sumber Daya Insani (SDI) bank syariah. Menurut dia, penyaluran pembiayaan perbankan syariah dibandingkan bank umum di Jatim baru mencapai 1,84 persen, sedangkan dari sisi aset sebesar 1,10 persen dan penghimpunan dana sekitar 0,99 persen. Diharapkan dengan program akselerasi pengembangan perbankan syariah, pangsa bank syariah di Jatim meningkat secara substansial baik dari sisi aset, pembiayaan maupun penghimpunan dana. Data BI pada posisi Pebruari 2007 menyebutkan, pembiayaan yang disalurkan bank umum syariah di Jatim meningkat sebesar 3,12 persen (year on year/y-o-y) dengan baki debet sebesar Rp1,34 triliun. Peningkatan itu lebih tinggi dibandingkan peningkatan pada posisi yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, kualitas pembiayaan tetap terjaga dengan Non Performing Financing (NPF) sebesar 3,33 persen, sedangkan fungsi intermediasi relatif baik tercermin dari Financing to Deposit Ratio (FDR) yang berada di level tinggi, yakni 103,90 persen. Dilihat dari pangsa pembiayaan, dana yang disalurkan untuk modal kerja mencapai 49,28 persen dan pembiayaan konsumsi sekitar 32,17 persen atau Rp429,52 miliar. Porsi pembiayaan konsumsi pada Pebruari 2007 tersebut meningkat tajam dibandingkan posisi yang sama 2006 sebesar Rp102,33 miliar. (*)