Rektor: sistem peringatan dini UGM jadi rujukan dunia
9 September 2016 19:28 WIB
Sertijab Rektor UGM. Rektor UGM yang baru terpilih, Dwikorita Karnawati (kanan) bersumpah untuk masa jabatan 2014-2017, didampingi mantan rektor UGM, Pratikno (kiri) di UGM Yogyakarta, Senin (24/11/2014). Pergantian jabatan Rektor UGM dilakukan karena Pratikno terpilih menjadi Menteri Sekretaris Negara oleh Presiden Joko Widodo. (ANTARA FOTO/Regina Safri)
Yogyakarta (ANTARA News) - Sistem pemantauan dan peringatan dini terhadap bencana longsor atau Landslide Early Warning System (LEWS) karya Universitas Gadjah Mada (UGM), menjadi rujukan dunia internasional.
"Berkat perjuangan gigih para peneliti longsor UGM, maka LEWS karya UGM telah berhasil lolos untuk diproses lanjut sebagai standar rujukan dunia," ujar Rektor UGM Dwikorita Karnawati dalam siaran persnya yang diterima Antara, Jumat.
Ia mengatakan, keberhasilan LEWS itu sebagai standar internasional akan berdampak penting pada kepeloporan dan kedaulatan Indonesia dalam industri kebencanaan di dunia.
Hal ini, katanya, juga berarti nantinya seluruh produk industri internasional untuk LEWS harus merujuk ke sistem dan teknologi karya UGM itu.
Lebih jauh, lanjut Dwikorita, LEWS juga menjadikan Indonesia sebagai negara pertama dari middle income country yang berani mengusulkan produknya menjadi rujukan internasional.
"Tanpa keberanian ini, Indonesia akan terpaksa menjadi pengguna ISO, dengan membayar biaya mahal apabila kita ingin produk atau sistem kita dapat diakui berkualitas sesuai standar internasional sebagai syarat untuk diterima di pasar global," ungkap dia.
Ia menambahkan, keberhasilan UGM dalam merebut peluang menjadi rujukan berstandar internasional pada ISO itu, diharapkan akan lebih mendorong dan menggalakkan proses hilirisasi riset di Indonesia, sehingga dapat menjadikan posisi Indonesia bersaing ketat dengan negara-negara yang lebih dulu maju dan memiliki kecanggihan teknologi.
"Masih cukup banyak karya riset UGM yang dapat diproses lanjut menjadi standar internasional sehingga dapat memperkuat posisi riset UGM dalam proses hilirisasi ke industri," tutup Dwikorita.
"Berkat perjuangan gigih para peneliti longsor UGM, maka LEWS karya UGM telah berhasil lolos untuk diproses lanjut sebagai standar rujukan dunia," ujar Rektor UGM Dwikorita Karnawati dalam siaran persnya yang diterima Antara, Jumat.
Ia mengatakan, keberhasilan LEWS itu sebagai standar internasional akan berdampak penting pada kepeloporan dan kedaulatan Indonesia dalam industri kebencanaan di dunia.
Hal ini, katanya, juga berarti nantinya seluruh produk industri internasional untuk LEWS harus merujuk ke sistem dan teknologi karya UGM itu.
Lebih jauh, lanjut Dwikorita, LEWS juga menjadikan Indonesia sebagai negara pertama dari middle income country yang berani mengusulkan produknya menjadi rujukan internasional.
"Tanpa keberanian ini, Indonesia akan terpaksa menjadi pengguna ISO, dengan membayar biaya mahal apabila kita ingin produk atau sistem kita dapat diakui berkualitas sesuai standar internasional sebagai syarat untuk diterima di pasar global," ungkap dia.
Ia menambahkan, keberhasilan UGM dalam merebut peluang menjadi rujukan berstandar internasional pada ISO itu, diharapkan akan lebih mendorong dan menggalakkan proses hilirisasi riset di Indonesia, sehingga dapat menjadikan posisi Indonesia bersaing ketat dengan negara-negara yang lebih dulu maju dan memiliki kecanggihan teknologi.
"Masih cukup banyak karya riset UGM yang dapat diproses lanjut menjadi standar internasional sehingga dapat memperkuat posisi riset UGM dalam proses hilirisasi ke industri," tutup Dwikorita.
Pewarta: RH Napitupulu
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: