Perdamaian kawasan faktor penting pertumbuhan ekonomi
7 September 2016 19:37 WIB
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, melihat melalui teropong selama inspeksi Detasemen Pertahanan Hwa Islet yang sedang menjaga sebuah pos depan lepas pantai timur semenanjung Korea, dalam arsip foto tidak bertanggal yang dirilis Pusat Agensi Berita Korea Utara (KCNA) di Pyongyang 1 Juli 2014. Korea Utara menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke arah laut lepas pantai timur kota Wonsan dini hari Kamis (10/3/16) terbang sekitar 500 kilometer, menurut militer Korea Selatan. (REUTERS/KCNA/Files)
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo menyatakan pentingnya menjaga kedamaian, kestabilan, dan keamanan sebagai faktor yang penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu kawasan.
Hal ini disampaikan dia untuk menanggapi sambutan Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye, dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN-Republik Korea Ke-18 di National Convention Centre, Vientiane, Republik Demokrasi Rakyat Laos, Rabu.
Dalam siaran pers Biro Istana, mengingat kondisi di Semenanjung Korea yang saat ini dinilai sangat memprihatinkan, Jokowi menekankan pentingnya sikap toleransi, saling menghormati dan saling menghargai antar setiap negara.
"Saya menekankan pentingnya untuk menahan diri dan tidak melakukan provokasi. Saya menekankan agar Korea Utara menghormati semua resolusi Dewan Keamanan PBB terkait proses denuklirisasi di Semenanjung Korea," tegasnya.
Dalam pemberitaan sebelumnya, kawasan Semananjung Korea kembali tegang setelah Korea Utara menembakkan tiga peleuru kendali ke arah laut dari pantai timur pada Senin(5/9) demikian pihak militer Korea Selatan menyatakan.
Aksi tersebut dilakukan di tengah pertemuan para pemimpin puncak negara-negara anggota G20 di China, yang merupakan sekutu diplomatik utama Pyongyang.
Ketiga rudal itu ditembakkan dari sebuah daerah di selatan ibu kota pada sore hari waktu setempat dan terbang sekitar 1.000 km dan mencapai zona identifikasi pertahanan Jepang, demikian keterangan Kantor Kepala Staf Angkatan Bersenjata Korea Selatan.
"Kami masih menganalisis semua rincian, namun ini adalah ancaman besar bagi kemanan negara kami. Kami menyatakan keprihatinan," kata Kementerian Pertahanan Jepang dalam pernyataan tertulis.
Peluncuran rudal pada Senin merupakan yang terbaru dari rangkaian peluncuran oleh Korea Utara pada tahun ini. Tindakan tersebut melanggar sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang semua aktivitas rudal kendali oleh Pyongyang.
Korea Utara menolak larangan tersebut karena dinilai sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan nasional untuk mengembangkan program luar angkasa dan pertahanan diri.
Tidak lama setelah peluncuran tersebut, Presiden Korea Selatan Park Geun-hye dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe bertemu di sela-sela G20.
Mereka sepakat untuk bersama-sama memantau situasi, demikian pernyataan dari Jepang.
Militer Korea Selatan menduga rudal itu adalah peluru kendali Rdong dengan jarak jangkau menengah. Mereka menunding aksi tersebut sebagai pamer kekuatan yang sengaja dilakukan bertepatan dengan pertemuan G20.
Hal ini disampaikan dia untuk menanggapi sambutan Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye, dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN-Republik Korea Ke-18 di National Convention Centre, Vientiane, Republik Demokrasi Rakyat Laos, Rabu.
Dalam siaran pers Biro Istana, mengingat kondisi di Semenanjung Korea yang saat ini dinilai sangat memprihatinkan, Jokowi menekankan pentingnya sikap toleransi, saling menghormati dan saling menghargai antar setiap negara.
"Saya menekankan pentingnya untuk menahan diri dan tidak melakukan provokasi. Saya menekankan agar Korea Utara menghormati semua resolusi Dewan Keamanan PBB terkait proses denuklirisasi di Semenanjung Korea," tegasnya.
Dalam pemberitaan sebelumnya, kawasan Semananjung Korea kembali tegang setelah Korea Utara menembakkan tiga peleuru kendali ke arah laut dari pantai timur pada Senin(5/9) demikian pihak militer Korea Selatan menyatakan.
Aksi tersebut dilakukan di tengah pertemuan para pemimpin puncak negara-negara anggota G20 di China, yang merupakan sekutu diplomatik utama Pyongyang.
Ketiga rudal itu ditembakkan dari sebuah daerah di selatan ibu kota pada sore hari waktu setempat dan terbang sekitar 1.000 km dan mencapai zona identifikasi pertahanan Jepang, demikian keterangan Kantor Kepala Staf Angkatan Bersenjata Korea Selatan.
"Kami masih menganalisis semua rincian, namun ini adalah ancaman besar bagi kemanan negara kami. Kami menyatakan keprihatinan," kata Kementerian Pertahanan Jepang dalam pernyataan tertulis.
Peluncuran rudal pada Senin merupakan yang terbaru dari rangkaian peluncuran oleh Korea Utara pada tahun ini. Tindakan tersebut melanggar sejumlah resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang semua aktivitas rudal kendali oleh Pyongyang.
Korea Utara menolak larangan tersebut karena dinilai sebagai pelanggaran terhadap kedaulatan nasional untuk mengembangkan program luar angkasa dan pertahanan diri.
Tidak lama setelah peluncuran tersebut, Presiden Korea Selatan Park Geun-hye dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe bertemu di sela-sela G20.
Mereka sepakat untuk bersama-sama memantau situasi, demikian pernyataan dari Jepang.
Militer Korea Selatan menduga rudal itu adalah peluru kendali Rdong dengan jarak jangkau menengah. Mereka menunding aksi tersebut sebagai pamer kekuatan yang sengaja dilakukan bertepatan dengan pertemuan G20.
Pewarta: Joko Susilo
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: