Presiden: manfaatkan momentum ASEAN-Tiongkok selesaikan COC
7 September 2016 18:13 WIB
Presiden Joko Widodo (kiri) bersama pimpinan serta delegasi negara-negara ASEAN berjalan menuju ruang pertemuan ASEAN-Cina Summit di National Convention Center, Vientiane, Laos, Rabu (7/9/2016). (ANTARA /Akbar Nugroho Gumay)
Vientiane (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya ASEAN dan Tiongkok untuk memanfaatkan momentum peringatan 25 Tahun Hubungan ASEAN-Tiongkok untuk menyelesaikan negosiasi Kode Tata Perilaku (COC) di Laut China Selatan.
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Jokowi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Peringatan 25 Tahun Hubungan ASEAN-Tiongkok di National Convention Center (NCC) Vientiane, Laos, Rabu.
"ASEAN dan RRT (Republik Rakyat Tiongkok) harus mampu memberikan kontribusi terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan sehingga keamanan di Laut China Selatan harus dipelihara," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengutip pernyataan Presiden RI.
Menlu Retno menjelaskan lebih lanjut dalam jumpa pers di hari kedua KTT ASEAN Ke-28 dan KTT Terkait ASEAN Ke-29 di NCC, menyampaikan bahwa tanggapan Tiongkok atas seruan Presiden Jokowi tersebut positif.
Oleh karena itu, ASEAN dan Tiongkok harus memanfaat momentum hubungan ke-25 tahun tersebut dengan melakukan percepatan penyelesaian COC di Laut China Selatan.
"COC akan menjadi instrumen penguat dalam menjaga stabilitas keamanan dan perdamaian di Laut China Selatan yang sejalan dengan hukum internasional yang berlaku, termasuk UNCLOS 1982," kata Menlu.
Selain itu, Presiden Jokowi juga menekankan pentingnya penyelesaian sengketa wilayah secara damai, penerapan Deklarasi tentang Tata Perilaku (DOC) pihak-pihak di Laut China Selatan secara penuh dan efektif untuk menuju penyelesaian negosiasi COC di Laut China Selatan.
Penyelesaian dan penerapan COC di Laut China Selatan diharapkan dapat mendukung upaya menjaga stabilitas kawasan yang pada akhirnya juga mendukung pertumbuhan ekonomi ASEAN dan Tiongkok.
Stabilitas sangat diperlukan bagi kelangsungan perekonomian kawasan, terlebih lagi jika melihat potensi yang dimiliki ASEAN dan Tiongkok, antara lain nilai perdagangan yang mencapai 364,4 miliar dolar AS telah menjadikan Tiongkok sebagai mitra dagang terbesar ASEAN, dan nomor empat terbesar dalam Penanaman Modal Langsung (FDR) dengan nilai investasi mencapai 8,2 miliar dolar AS.
Dalam KTT Peringatan 25 Tahun ASEAN-Tiongkok itu, Presiden Jokowi dan pemimpin ASEAN lainnya serta Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang menyepakati dua dokumen hasil, yakni Pernyataan Bersama tentang Aplikasi "Code for Unplanned Encounters at Sea" (CUES) di Laut China Selatan dan Panduan Penerapan "Hotline Communication" (komunikasi langsung) di Antara Pejabat Tinggi Kementerian Luar Negeri ASEAN dan Tiongkok untuk Penerapan DOC.
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Jokowi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Peringatan 25 Tahun Hubungan ASEAN-Tiongkok di National Convention Center (NCC) Vientiane, Laos, Rabu.
"ASEAN dan RRT (Republik Rakyat Tiongkok) harus mampu memberikan kontribusi terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan sehingga keamanan di Laut China Selatan harus dipelihara," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengutip pernyataan Presiden RI.
Menlu Retno menjelaskan lebih lanjut dalam jumpa pers di hari kedua KTT ASEAN Ke-28 dan KTT Terkait ASEAN Ke-29 di NCC, menyampaikan bahwa tanggapan Tiongkok atas seruan Presiden Jokowi tersebut positif.
Oleh karena itu, ASEAN dan Tiongkok harus memanfaat momentum hubungan ke-25 tahun tersebut dengan melakukan percepatan penyelesaian COC di Laut China Selatan.
"COC akan menjadi instrumen penguat dalam menjaga stabilitas keamanan dan perdamaian di Laut China Selatan yang sejalan dengan hukum internasional yang berlaku, termasuk UNCLOS 1982," kata Menlu.
Selain itu, Presiden Jokowi juga menekankan pentingnya penyelesaian sengketa wilayah secara damai, penerapan Deklarasi tentang Tata Perilaku (DOC) pihak-pihak di Laut China Selatan secara penuh dan efektif untuk menuju penyelesaian negosiasi COC di Laut China Selatan.
Penyelesaian dan penerapan COC di Laut China Selatan diharapkan dapat mendukung upaya menjaga stabilitas kawasan yang pada akhirnya juga mendukung pertumbuhan ekonomi ASEAN dan Tiongkok.
Stabilitas sangat diperlukan bagi kelangsungan perekonomian kawasan, terlebih lagi jika melihat potensi yang dimiliki ASEAN dan Tiongkok, antara lain nilai perdagangan yang mencapai 364,4 miliar dolar AS telah menjadikan Tiongkok sebagai mitra dagang terbesar ASEAN, dan nomor empat terbesar dalam Penanaman Modal Langsung (FDR) dengan nilai investasi mencapai 8,2 miliar dolar AS.
Dalam KTT Peringatan 25 Tahun ASEAN-Tiongkok itu, Presiden Jokowi dan pemimpin ASEAN lainnya serta Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang menyepakati dua dokumen hasil, yakni Pernyataan Bersama tentang Aplikasi "Code for Unplanned Encounters at Sea" (CUES) di Laut China Selatan dan Panduan Penerapan "Hotline Communication" (komunikasi langsung) di Antara Pejabat Tinggi Kementerian Luar Negeri ASEAN dan Tiongkok untuk Penerapan DOC.
Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016
Tags: