Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa harga gas murah untuk industri mungkin terjadi di Indonesia, seperti juga yang terjadi di beberapa negara lainnya.

"Mungkin. Karena kan kita sekarang ekspor LNG (Liquefied Natural Gas) seharga 4 dollar AS ke China, Korea dan Jepang," ujar Airlangga usai menggelar rapat dengan Dewan Energi Nasional di Jakarta, Rabu.

Airlangga menyampaikan, LNG merupakan gas yang sudah melampaui proses pembekukan, namun dapat dijual dengan harga 4 dollar AS ke negara lain.

Jika melihat Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), maka harga gas yang lebih kompetitif kemungkinan bisa didapatkan di dalam negeri.

Airlangga memaparkan, dalam RUEN disebutkan bahwa harga gas merupakan modal pembangunan, harga gas sebagai modal dasar efek domino dan harga gas untuk pengembangan wilayah atau pemerataan ekonomi.

Saat ini, ia tengah memperjuangkan 10 jenis industri untuk mendapatkan harga gas kompetitif.

Adapun, kesepuluh sektor industri tersebut, yakni Industri Pupuk, Industri Petrokimia, Industri Oleokimia, Industri Baja/Logam Lainnya, Industri Keramik, Industri Kaca, Industri Ban dan Sarung Tangan Karet, Industri Pulp dan Kertas, Industri Makanan dan Minuman, serta Industri Tekstil dan Alas Kaki.

Selain itu, Airlangga juga menginginkan industri yang beroperasi di dalam kawasan industri juga turut mendapat harga gas kompetitif.

"Jadi 10 industri dan kawasan industri. Karena, hal itu sudah masuk dalam RUEN yang sudah dirapatkan dengan Presiden," ujar Airlangga.

Dirjen Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika I Gusti Putu Suryawirawan sebelumnya menyampaikan, harga gas untuk industri di Indonesia saat ini berkisar antara 9-13 dollar AS per one million British Thermal Units (MMBTU).

Sementara negara lainnya bisa menawarkan harga gas dengan angka 4-5 dollar AS per MMBTU.

"Oleh karena itu kita butuh harga yang lebih kompetitif," ujarnya.