Berlin (ANTARA News) - Para pendatang yang memasuki Jerman secara gelap pada Agustus 2016 jumlahnya lebih sedikit dibandingkan beberapa bulan sebelumnya, demikian keterangan seorang juru bicara kepolisian di Berlin.

Hal itu merupakan konsekuensi dari penutupan perbatasan dan kesepakatan Uni Eropa-Turki untuk menghentikan arus kedatangan melalui laut di Yunani.

Pada Agustus, sekira 4.200 pendatang melintasi Jerman, turun dari angka 4.550 pada bulan Juli dan sebagian kecil dari 64.700 pendatang yang terdaftar pada bulan Januari, demikian juru bicara perempuan tersebut.

Data kepolisian tersebut bersumber dari pemeriksaan di wilayah perbatasan. Berapa jumlah orang yang terdaftar pada pusat penerimaan pada bulan Agustus yang biasanya tinggi akan dirilis pada pekan depan, demikian laporan Reuters.

Jerman menerima ratusan ribu migran pada tahun lalu, sebagian besar dari mereka melarikan dari dari konflik di Suriah, Irak, dan Afghanistan.

Gelombang para pendatang tersebut menurun tajam sejak awal tahun ini karena penutupan perbatasan di Eropa tenggara dan sesuai perjanjian Uni Eropa-Turki.

Berdasarkan perjanjian tersebut, Ankara menyetujui menerima kembali migran yang berangkat dari wilayah perairan Turki menuju Yunani dengan imbalan bebas visa perjalanan di Eropa bagi warga negara Turki, menerima bantuan dana, dan percepatan pembicaraan tentang Turki mendapatkan akses di Uni Eropa.

Kanselir Jerman Angela Merkel menghadapi meningkatnya kritikan terhadap kebijakan membuka pintu bagi para pengungsi.

Dalam perubahan yang signifikan pada minggu ini, dia menekankan perlunya mempercepat deportasi warga negara asing yang telah ditolak suakanya sebagai tanggapan terhadap meningkatnya kekhawatiran publik.