Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) mengolah minyak mentah Basrah, yang berasal dari Irak di kilang milik Shell International Eastern Trading Company (Sietco) di Singapura.

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto di Jakarta, Rabu mengatakan, minyak mentah jenis "sour" asal Irak tersebut tidak cocok diolah di kilang sendiri.

"Produk BBM yang dihasilkan selanjutnya dibawa ke Indonesia, sehingga akan mengurangi impor," katanya.

Pada Juni 2016, Pertamina dan Sietco menyepakati kerja sama pengolahan minyak mentah Basrah dengan skema "crude processing deal" (CPD).

Pada Rabu, dilakukan serah terima dokumen kontrak CPD antara Senior Vice President Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina Daniel S Purba dan General Manager, Product East, Trading & Supply Sietco Leong Wei Hung.

Penyerahan dokumen disaksikan pula Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dan Presiden Direktur PT Shell Indonesia Darwin Silalahi.

Daniel Purba menambahkan, Sietco dipilih sebagai mitra setelah melalui proses seleksi cukup panjang dari Januari hingga Mei 2016.

Saat ini, Sietco sudah terdaftar sebagai salah satu daftar mitra usaha terseleksi (DMUT) ISC Pertamina.

"Volume minyak mentah yang akan diolah sebesar satu juta barel per bulan," katanya.

Sedangkan, lanjutnya, produk yang dihasilkan antara lain mogas, aviation fuel, diesel oil, marine fuel oil (MFO), dan elpiji yang disesuaikan dengan kebutuhan Pertamina.

Minyak Basrah tersebut berasal dari bagian Pertamina di Blok West Qurna I, Irak yang dikelola ExxonMobil Iraq Limited.

Pertamina memiliki hak partisipasi sebesar 10 persen di West Qurna setelah membelinya dari ExxonMobil pada November 2013.

Sementara, ExxonMobil selaku operator menguasai 25 persen.

Pemegang hak partisipasi lainnya adalah South Oil Company 25 persen, 15 persen dimiliki Shell West Qurna BV, dan PetroChina menguasai 25 persen.

West Qurna I berlokasi di Irak bagian selatan dengan produksi sekitar 400 ribu barel per hari dan cadangan minyak sekitar sembilan miliar barel.