Puluhan rumah warga Aceh Selatan terancam abrasi
30 Agustus 2016 20:16 WIB
Warga berada di samping rumahnya yang sebagian sudah hancur dihantam gelombang, di Kawasan Pasie Nan Tigo, Padang, Sumatera Barat, Rabu (8/6/2016). Tingginya pasang laut sepekan terakhir, memperparah abrasi di pemukiman nelayan tersebut. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
Tapaktuan, Aceh (ANTARA News) - Puluhan rumah penduduk yang bermukim di sepanjang bibir pantai di Kecamatan Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan, terancam ambruk akibat abrasi yang disebabkan ombak besar.
"Bagian dapur rumah saya memang sudah berada dalam laut karena air laut sudah naik cukup jauh ke daratan. Padahal sebelumnya jarak antara dapur rumah saya dengan bibir pantai mencapai 3 meter lebih," kata H Muhammad saat ditemui di rumahnya di desa Batu Itam, Kecamatan Tapaktuan, Selasa.
Bencana yang terjadi pada Senin (29/8) tersebut telah menyebabkan dapur rumah milik H Muhammad ambruk ke dasar laut akibat dihantam ombak besar dan deras.
Air pasang yang terjadi sejak Senin subuh hingga berlanjut sampai sekarang tersebut telah mengakibatkan rumah permanen milik Muhammad tidak ada lagi dapur termasuk dua buah kamar mandi yang dilengkapi toilet juga sudah ambruk ke dasar laut.
Selain merusak dapur rumah Muhammad, derasnya terjangan abrasi laut juga telah merobohkan beton sepanjang lebih kurang 50 meter yang berada persis di belakang rumah Muhammad. Akibatnya puluhan rumah penduduk yang berada di sepanjang bibir pantai juga telah terancam bakal ambruk ke dasar laut.
Menyikapi musibah tersebut, Muhammad meminta kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan segera membangun tanggul break water di sepanjang pantai untuk mengamankan keberadaan sejumlah rumah penduduk karena keberadaannya sudah sangat dekat dengan laut.
"Satu-satunya cara untuk mengatasi persoalan ini hanya dengan cara dibangun tanggul break water di sepanjang bibir pantai. Sebab hanya dengan menyusun batu-batu besar (batu gajah) di sepanjang bibir pantai, baru mampu menahan terjangan ombak laut yang cukup besar dan deras," ungkapnya.
Terkait hal itu, Muhammad menyampaikan sikap penyesalannya kepada pihak Pemkab Aceh Selatan, karena bencana abrasi telah berlangsung sejak April 2016 dimana telah sempat merendam puluhan rumah penduduk setempat, namun hingga saat ini belum direalisasikan langkah penanganan secara konkrit di lapangan.
"Selama ini petugas hanya turun lalu foto-foto di lapangan, katanya terkait usulan pembangunan tanggul sudah sejak lama diusulkan tapi hingga saat ini proyek itu tak kunjung direalisasikan," katanya.
Sementara jika dalam waktu dekat ini tidak ditanggulangi maka diprediksi akan berdampak makin parah terhadap rumah penduduk karena keberadaannya sudah sangat terancam, ujarnya.
Sekretaris Desa Batu Itam, Samsul Anas mengakui bencana abrasi laut di lorong dua desa setempat sudah berlangsung sejak beberapa bulan lalu dimana air laut setinggi 3 hingga 4 meter sudah pernah merendam puluhan rumah penduduk dan bahkan sampai merendam badan jalan nasional lintasan Tapaktuan - Medan (Sumut).
"Sebelumnya sudah pernah terjadi bencana serupa, tapi kejadian yang terjadi Senin (29/8) lalu tergolong cukup parah, karena sudah merusak dapur rumah milik warga. Air laut yang sudah merendam bagian dapur tentu saja telah mengancam keberadaan rumahnya tersebut jika sewaktu-waktu air laut kembali naik," ungkap Samsul.
Dia juga mengakui bahwa, untuk menanggulangi bencana tersbeut pihaknya telah membuat laporan secara berjenjang mulai camat hingga dinas terkait di jajaran Pemkab Aceh Selatan sejak bulan April 2016, namun hingga saat ini belum ada tindaklanjut di lapangan.
"Kami meminta kepada pemerintah supaya segera mengambil kebijakan untuk menanggulangi bencana tersebut. Sebab keberadaan puluhan rumah penduduk yang bermukim di sepanjang bibir pantai khususnya rumah H Muhammad yang dapurnya telah ambruk, kondisinya saat ini sudah terancam. Mereka sudah tidak nyaman lagi tinggal dirumahnya, karena jika sewaktu-waktu pasang air laut naik, akan turut merendam rumah mereka," kata Samsul.
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik pada BPBD Aceh Selatan, Rahmad Humaidi mengatakan usulan pembangunan tanggul break water sepanjang lebih kurang 400 meter lebih di Desa Batu Itam tersebut telah diusulkan oleh pihaknya kepada dinas terkait di Provinsi Aceh sejak bulan April 2016.
"Terkait proyek tersebut belum turun sampai saat ini itu diluar kemampuan kami, namun yang pasti pasca kejadian itu pada bulan April lalu, kami langsung melaporkannya kepada dinas terkait termasuk mengajukan usulan program kepada dinas terkait di Provinsi Aceh berhubung ketersediaan anggaran daerah cukup terbatas," ungkap dia.
Bahkan, sambung Rahmad, pasca kejadian abrasi susulan yang terjadi Senin (29/8) yang mengakibatkan bagian dapur rumah penduduk setempat ambruk ke dasar laut, juga telah ditinjau langsung oleh tim dari Dinas Pengairan Provinsi Aceh.
"Kami juga mengharapkan kepada pihak Dinas Pengairan Provinsi Aceh segera merealisasikan proyek pembangunan tanggul break water tersebut dalam tahun 2016 ini atau paling tidak bisa tertampung dalam usulan anggaran tahun 2017 mendatang," pintanya.
"Bagian dapur rumah saya memang sudah berada dalam laut karena air laut sudah naik cukup jauh ke daratan. Padahal sebelumnya jarak antara dapur rumah saya dengan bibir pantai mencapai 3 meter lebih," kata H Muhammad saat ditemui di rumahnya di desa Batu Itam, Kecamatan Tapaktuan, Selasa.
Bencana yang terjadi pada Senin (29/8) tersebut telah menyebabkan dapur rumah milik H Muhammad ambruk ke dasar laut akibat dihantam ombak besar dan deras.
Air pasang yang terjadi sejak Senin subuh hingga berlanjut sampai sekarang tersebut telah mengakibatkan rumah permanen milik Muhammad tidak ada lagi dapur termasuk dua buah kamar mandi yang dilengkapi toilet juga sudah ambruk ke dasar laut.
Selain merusak dapur rumah Muhammad, derasnya terjangan abrasi laut juga telah merobohkan beton sepanjang lebih kurang 50 meter yang berada persis di belakang rumah Muhammad. Akibatnya puluhan rumah penduduk yang berada di sepanjang bibir pantai juga telah terancam bakal ambruk ke dasar laut.
Menyikapi musibah tersebut, Muhammad meminta kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan segera membangun tanggul break water di sepanjang pantai untuk mengamankan keberadaan sejumlah rumah penduduk karena keberadaannya sudah sangat dekat dengan laut.
"Satu-satunya cara untuk mengatasi persoalan ini hanya dengan cara dibangun tanggul break water di sepanjang bibir pantai. Sebab hanya dengan menyusun batu-batu besar (batu gajah) di sepanjang bibir pantai, baru mampu menahan terjangan ombak laut yang cukup besar dan deras," ungkapnya.
Terkait hal itu, Muhammad menyampaikan sikap penyesalannya kepada pihak Pemkab Aceh Selatan, karena bencana abrasi telah berlangsung sejak April 2016 dimana telah sempat merendam puluhan rumah penduduk setempat, namun hingga saat ini belum direalisasikan langkah penanganan secara konkrit di lapangan.
"Selama ini petugas hanya turun lalu foto-foto di lapangan, katanya terkait usulan pembangunan tanggul sudah sejak lama diusulkan tapi hingga saat ini proyek itu tak kunjung direalisasikan," katanya.
Sementara jika dalam waktu dekat ini tidak ditanggulangi maka diprediksi akan berdampak makin parah terhadap rumah penduduk karena keberadaannya sudah sangat terancam, ujarnya.
Sekretaris Desa Batu Itam, Samsul Anas mengakui bencana abrasi laut di lorong dua desa setempat sudah berlangsung sejak beberapa bulan lalu dimana air laut setinggi 3 hingga 4 meter sudah pernah merendam puluhan rumah penduduk dan bahkan sampai merendam badan jalan nasional lintasan Tapaktuan - Medan (Sumut).
"Sebelumnya sudah pernah terjadi bencana serupa, tapi kejadian yang terjadi Senin (29/8) lalu tergolong cukup parah, karena sudah merusak dapur rumah milik warga. Air laut yang sudah merendam bagian dapur tentu saja telah mengancam keberadaan rumahnya tersebut jika sewaktu-waktu air laut kembali naik," ungkap Samsul.
Dia juga mengakui bahwa, untuk menanggulangi bencana tersbeut pihaknya telah membuat laporan secara berjenjang mulai camat hingga dinas terkait di jajaran Pemkab Aceh Selatan sejak bulan April 2016, namun hingga saat ini belum ada tindaklanjut di lapangan.
"Kami meminta kepada pemerintah supaya segera mengambil kebijakan untuk menanggulangi bencana tersebut. Sebab keberadaan puluhan rumah penduduk yang bermukim di sepanjang bibir pantai khususnya rumah H Muhammad yang dapurnya telah ambruk, kondisinya saat ini sudah terancam. Mereka sudah tidak nyaman lagi tinggal dirumahnya, karena jika sewaktu-waktu pasang air laut naik, akan turut merendam rumah mereka," kata Samsul.
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik pada BPBD Aceh Selatan, Rahmad Humaidi mengatakan usulan pembangunan tanggul break water sepanjang lebih kurang 400 meter lebih di Desa Batu Itam tersebut telah diusulkan oleh pihaknya kepada dinas terkait di Provinsi Aceh sejak bulan April 2016.
"Terkait proyek tersebut belum turun sampai saat ini itu diluar kemampuan kami, namun yang pasti pasca kejadian itu pada bulan April lalu, kami langsung melaporkannya kepada dinas terkait termasuk mengajukan usulan program kepada dinas terkait di Provinsi Aceh berhubung ketersediaan anggaran daerah cukup terbatas," ungkap dia.
Bahkan, sambung Rahmad, pasca kejadian abrasi susulan yang terjadi Senin (29/8) yang mengakibatkan bagian dapur rumah penduduk setempat ambruk ke dasar laut, juga telah ditinjau langsung oleh tim dari Dinas Pengairan Provinsi Aceh.
"Kami juga mengharapkan kepada pihak Dinas Pengairan Provinsi Aceh segera merealisasikan proyek pembangunan tanggul break water tersebut dalam tahun 2016 ini atau paling tidak bisa tertampung dalam usulan anggaran tahun 2017 mendatang," pintanya.
Pewarta: Anwar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: