Jakarta (ANTARA News) - Banyak grup teater yang terbentuk sebagai alat penyampaian pesan moral ataupun media untuk mengkritisi suatu keadaan, namun tidak banyak yang menjadikan seni teater sebagai pembawa dampak.

Berdiri pada Oktober 2005, Teater Legiun percaya bahwa seni dapat memberi dampak sosial. Teater Legiun menjadi grup teater non-profit yang fokus pada sisi kemanusiaan.

"Berawal dari anak muda yang punya visi dan misi yang sama, tujuan kami adalah beramal sosial menjadi dampak dan pembawa berkat," kata David Efkay, pemimpin produksi pementasan "Horas Amang - Tiga Bulan untuk Selamanya", kepada ANTARA News di TIM Jakarta, Minggu.

"Menjadi dampak berarti kami memberikan dampak positif di atas panggung. Karena memberikan pesan di atas pentas jauh lebih mudah dari pada digurui," sambung dia.

Dengan visi membawa berkat bagi sesama melalui seji teater, Teater Legiun menyalurkan seluruh hasil penjualn tiket pementasan pada lembaga-lembaga sosial yang dianggap benar-benar merasakan dampak dari bantuan yang diberikan.

"Menjadi saluran berkat kami ingin memberikan sesuatu kepada orang yang membutuhkan," ujar David.

Tahun ini, Teater Legiun mementaskan karya berjudul "Horas Amang - Tiga Bulan untuk Selamanya" yang digelar pasa 27-28 Agustus di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Hasil penjualan tiket pementasan yang dijual mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 300.000 tersebut akan disalurkan kepada Komunitas Gumul Juang (KGJ).

"Saya sendiri sudah bertemu KGJ, mereka mengajari masyarakat sekitar bantaran Sungai Ciliwung untuk tidak buang sampah sembarangan," kata David.

"Meskipun terdengar simpel, tapi kegiatan mereka membutuhkan sana, dan mereka tidak punya donatur tetap," lanjut dia.

Lebih lanjut, David menjelaskan, KGJ telah mendampingi warga Ciliwung dengan berbagai program pemberdayaan seperti Bimbel (bimbingan belajar) untuk anak-anak Ciliwung, peduli lingkungan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi warga, dan program tanggap darurat bencana banjir.

Berbeda dari grup teater lainnya, para pemain Teater Legiun berasal dari berbagai latar belakang, seperti pengusaha dan pekerja kantoran, bukan seniman.

"Semua pemain di sini, penari dan pemain musik ada uang profesional ada yang memang berbakat, dan mereka tidak dibayar. Mereka ada yang sehari-hari bekerja sebagai sekretaris, pelajar, pemilik barber shop tapi punya passion yang sama dengan," ujar David.

Salah seorang yang pemain yang ikut bergabung dalam Teater Legiun adalah Roni Saragi. Karyawan di salah satu perusahaan distrubusi di Jakarta itu mengaku memiliki visi dan misi yang sama dengan Teater Legiun.

"Dari awal saya masuk tahun 2005, teater ini tidak cuma pementasan biasa tapi ada misi sosial, dan sudah dijelaskan benar bahwa jangan mengharapkan hasil, sehingga saya melakukannya sebagai pembelajaran diri," kata dia.

"Lebih dari itu, melihat feed back dari penonton dan melihat langsung hasil pementasan diberikan kepada yang membutuhkan menjadi hal tersendiri bagi saya, dan benar, memberi itu lebih bahagia daripada menerima," tambah dia.

Kedepannya, David menjelaskan bahwa Teater Legiun tidak akan berhenti, dan akan terus aktif bereksplorasi mementaskan naskah-naskah yang memiliki pesan moral.

"Kami juga membuka penerimaan anggota baru, bagi mereka yang memiliki visi dan misi yang sama dengan kami silahkan bergabung," tutup David.