Jakarta (ANTARA News) - Wanita Jepang menilai bulu mata palsu adalah salah satu item yang tidak bisa dilepaskan dari kosmetik wajib penampilannya. Mereka ternyata sangat menyukai bulu mata palsu produk Indonesia.
"Pangsa pasar produk bulu mata palsu terbuka lebar di Jepang. Bulu mata palsu membuat wanita Jepang tambah percaya diri dan tampil cantik," kata Direktur Pusat Perdagangan dan Promosi Indonesia (ITPC) Osaka Hotmida Purba di sela-sela acara Indonesia Week Osaka 2016, Jumat, seperti dalam siaran pers panitia Indonesia Week Osaka 2016.
Selain Konsulat Jenderal RI Osaka, ITPC membantu sepenuhnya Indonesia Week di Osaka yang diorganisasikan oleh majalah BUMN Track dan Kinarya. Indonesia Week dibuka oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya pada 25 Agustus 2016.
Menurut Hotmida, bulu mata palsu disukai wanita negeri Sakura itu karena memberikan impresi bahwa mata menggambarkan tekad yang kuat yang disebut "mejikara" atau "kekuatan mata".
"Ide mejikara menjadi tren fashion dikalangan wanita muda Jepang. Mereka memakai bulu mata palsu bukan untuk event-event tertentu, tapi setiap hari," ujarnya.
Bulu mata palsu, lanjut Hotmida, membuat mata wanita Jepang yang cantik tambah besar dan glamor.
Oleh karena sudah menjadi item kosmetik yang wajib digunakan sehari-hari, maka kebutuhan bulu mata sangat besar di Jepang. Kebutuhan itu dipenuhi produk lokal dan impor dari negara produsen seperti Prancis, Amerika Serikat dan Indonesia.
Bagi produsen bulu mata palsu di Indonesia yang ingin memasuki pasar Jepang yang luas bisa, bisa berhubungan dengan Pusat Perdagangan dan Promosi Indonesia di Osaka. "Kami siap membantu," ujar Hotmida.
Dalam waktu dekat Hotmida akan memboyong sekitar 20 pengusaha Jepang ke Jakarta. "Kami bisa membantu mempertemukan pengusaha Jepang itu dengan para pengusaha nasional, termasuk produsen bulu mata," demikian Hotmida.
Wanita Jepang menyukai bulu mata palsu Indonesia‎
26 Agustus 2016 18:45 WIB
Direktur Pusat Perdagangan dan Promosi Indonesia (ITPC) Osaka Hotmida Purba (istimewa)
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: