Jakarta (ANTARA News) - Calon presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton menuduh Donald Trump menyulut sikap radikal rakyat Amerika dengan retorikanya yang rasis kendati dia berusaha memperlunak citranya dengan menghimbau kaum minoritas.
Clinton perlu mematrikan dukungan dari pemilih kulit hitam dan Latin agar memenangkan Pemilu 8 November yang adalah kiat sama ketika Barack Obama memenangkan Pemilu 2008. Trump yang pendukung utamanya berasal dari warga kulit putih sulit menang kecuali dia memangkas dukungan kulit hitam dan Latin kepada Hillary.
"Donald Trump telah membangun kampanyenya di atas prasangka dan paranoia," kata Hillary dalam pidato di Nevada. "Dia membawa arus utama kelompok kebencian dan membantu kelompok radikal menduduki salah satu partai politik besar Amerika."
"Ini adalah momen perhitungan untuk setiap republiken yang khawatir bahwa Partai Lincoln telah menjadi Partai Trump," kata Hillary merujuk Abraham Lincoln, presiden AS pertama dari Partai Republik, yang menerbitkan Proklamasi Emansipasi dan pendukung Amandemen Ke-13 Konstitusi Amerika Serikat selama Perang Saudara yang mengantarkan kepada penghapusan perbudakan pada 1865.
Trump, yang dilewati Hillary dalam berbagai jajak pendapat, kurang mendapatkan dukungan kaum minoritas dan dikritik karena proposalnya dalam soal imigrasi di antaranya mendeportasi jutaan pendatang tak berdokumen, membangun tembok di sepanjang perbatasan Meksiko, dan menangguhkan imigrasi muslim ke negeri itu.
Pada 2015 di menyebut sebagian imigran Meksiko sebagai penjahat dan pemerkosa, dan kini mempersoalkan seorang hakim kelahiran Amerika namun keturunan Meksiko.
Menanggapi serangan Hillary, Trump justru menyatakan Hillary dan partainya membiarkan kaum hitam AS terlunta-lunta akibat kegagalan kebijakan ekonominya dan menuduh republiken sebagai fanatik.
"Ketika kebijakan-kebijakan Demokrat gagal, mereka menyampaikan satu-satunya argumen yang melelahkan ini: Anda rasis, Anda rasis, Anda rasis," kata Trump di Manchester, New Hampshire, seperti dikutip Reuters. "Ini argumen menjijikkan nan melelahkan serta seluruhnya sudah bisa diprediksi."
Hillary tuduh Trump kipas-kipasi radikalisme
26 Agustus 2016 16:45 WIB
Donald Trump. (REUTERS/Carlo Allegri)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016
Tags: