Jakarta (ANTARA News) - Presiden Asia-Pacific Institute Broadcasting Development (AIBD) General Conference Rosarita Niken Widiastuti mendesak media supaya tidak mengorbankan kebutuhan masyarakat terhadap informasi semata-mata demi daya saing atau mencari keuntungan finansial.

Keterangan tertulis dari AIBD yang diterima di Jakarta menyebutkan, penyataan Presiden Konferensi Umum AIBD itu dikemukakan ketika ia menyampaikan pidato pada pembukaan Pertemuan Tahunan ke-42 yang juga Konferensi Umum AIBD ke-15 di Teheran, Iran, Kamis.

Konferensi internasional tersebut mengevaluasi capaian tahunan AIBD serta mempersiapkan model untuk saling berbagi pengalaman dan keakhlian, sehingga para peserta konferensi dapat membuat strategi dan rencana aksi AIBD yang lebih baik di masa depan.

Acara itu antara lain dihadiri Presiden Penyiaran Republik Islam Iran (IRIB) Dr Abdolali Ali-Askari, Direktur AIBD Chang Jin, Penasehat Presiden IRIB Dr Abbas Naseri Taheri, Kepala Biro Regional UNESCO di Teheran Esther Kuisch Laroche, dan Menteri Informasi Kamboja Dr Khieu Kanharith.

Selama ini kegiatan AIBD mencakup pelatihan, lokakarya, dan seminar yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan kompetensi para penyiar serta pengetahuannya dalam bidang teknologi, manajemen, perencanaan, pengembangan "new media" dan sumberdaya manusia.

"Saat ini adalah waktu yang tepat bagi media penyiaran untuk berpikir tentang pentingnya pendidikan publik. Para pimpinan media penyiaran juga perlu mengedepankan sisi kemanusiaan serta memainkan peran dalam memelihara harmoni antar negara, agama, dan ras di seluruh dunia," kata Presiden Konferensi AIBD.

Ia juga mengharapkan media penyiaran supaya terus memelihara idealisme serta memberikan tanggapan yang baik terhadap hak publik untuk mengetahui informasi serta hak mereka untuk menerima informasi yang benar dan menghibur.

Presiden Konferensi AIBD yang juga Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Kominfo itu lebih lanjut mengajak institusi media supaya secara bersama-sama memberikan informasi dan hiburan yang mendidik serta menginspirasi, mencerahkan, dan memberdayakan publik.

Konferensi Umum AIBD itu sendiri, menurut dia, diharapkan dapat berfungsi sebagai forum untuk mengimplementasikan tugas media dalam "second track diplomacy" serta membangun saling pengertian dan sikap saling menghargai dalam upaya menciptakan perdamaian dan kemakmuran.

Mantan Direktur Utama Radio Republik Indonesia (RRI) itu juga mengemukakan arti pentingnya forum AIBD untuk mencari cara-cara baru dalam menciptakan dan mendistribusikan konten, melibatkan audiens, dan meningkatkan pendapatan melalui model bisnis yang inovatif.

Selain itu AIBD harus menjadi organisasi yang terus memperluas keanggotaan sehingga suaranya banyak didengar, selain juga harus menjadi organisasi yang terbuka untuk berkolaborasi dengan banyak mitra guna menghilangkan kesenjangan pengetahuan dan sumberdaya yang ada.

AIBD adalah organisasi penyiaran dengan anggota 70 negara yang didirikan oleh 26 Menteri-menteri Penerangan se-Asia Pasific tahun 1977. Selain RRI dan TVRI, anggotanya antara lain KBS Korea, NHK Jepang, ABC Australia, CCTV China, dan Aljazeera.