Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dapat memainkan peran penting dalam membantu menciptakan keadaan yang damai di Turki melalui pendekatan politik dan diplomasi, kata juru bicara tokoh oposisi Fethullah Gulen, Alp Aslandogan.
"Media massa di Turki tidak dapat diharapkan untuk mengambil peran itu karena mereka saat ini berada di bawah kendali pemerintah secara politis," kata Aslandogan dalam pernyataan tertulisnya yang diterima Antara Kamis.
Pernyataan tersebut merupakan naskah hasil terjemahan wawancara wartawan Indonesia dengan ulama kharismatik Turki, Fethullah Gulen, yang menjawab pertanyaan wartawan dengan bahasa Turki pada 22 Agustus di Pennsylvania, Amerika Serikat.
"Masyarakat dan media massa di Turki tidak dapat mengkritik pemerintah. Karenanya Indonesia dan negara lain dapat membantu mengimbau pemerintah Turki untuk memenuhi perjanjian dengan organisasi-organisasi internasional termasuk Uni Eropa tentang hak-hak azasi manusia," kata Aslandogan.
"Cukuplah sudah bagi masyarakat Turki atas kejadian demi kejadian yang membuat mereka menderita. Apabila kondisi seperti ini terus berlanjut, pemerintahan manapun akan tidak berlangsung lama," kata Aslandogan yang juga merupakan seorang direktur pelaksana Aliance for Shared Values, yaitu sebuah organisasi yang berkecimpung dalam bidang pendidikan, kebudayaan, ekonomi, kesehatan dan kemanusiaan di Amerika Serikat.
Terkait dengan kemungkinan rekonsiliasi antara kelompok Fethullah Gulen dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, juru bicara Gulen yang lain Osman Oztoptrak mengatakan, tidak ada faktor dari sisi Fethullah Gulen untuk melakukan rekonsiliasi karena Gulen tidak membuat kesalahan apapun terutama terkait dengan kudeta gagal 15 Juli 2016.
"Pemerintah Turki tidak dapat membuktikan bahwa Fethullah Gulen terlibat dalam peristiwa tersebut. Terkait dengan permintaan Erdogan kepada pemerintah Amerika Serikat untuk mengekstradisi Gulen, dia (Erdogan) pun tidak dapat memberikan bukti-bukti keterlibatan Gulen di peristiwa tersebut," kata Osman.
Sementara itu dalam wawancaranya dengan wartawan Indonesia, Gulen mengingatkan agar Erdogan jangan berupaya membungkam masyarakat untuk mengkritik pemerintah demi kebaikan masyarakat dan negara.
"Yang kedua, jangan memanipulasi opini publik dan menakut-nakuti generasi penerus terutama anak-anak muda dengan harapan terbebas dari oposisi di masa mendatang," kata Gulen yang kini sedang dalam pengasingannya di Pennsylvania di Amerika Serikat.
Ulama berusia 78 tahun yang sedang menderita penyakit komplikasi tersebut juga mengatakan tindakan-tindakan seperti pemberantasan oposisi, memenjarakan masyarakat, menakut-nakuti anak-anak muda sehinga mereka melarikan diri dari Turki hanya akan membuat sebuah pemerintahan tirani.
Menjawab pertanyaan wartawan apakah Gulen dan Erdogan akan kembali sebagai sahabat pada satu saat nanti, Gulen mengatakan, "kami tidak pernah bersama karena Erdoganlah yang telah memulai kebencian dan permusuhan. Saya tidak memiliki perilaku seperti itu kepada siapapun".
Gulen yang hingga kini tetap lajang itu mengasingkan diri dan tinggal di sebuah gedung milik yayasan Golden Generation di Pennsylvania sejak 1999 setelah dituduh berusaha menggulingkan pemerintah Turki.
Diplomasi Indonesia dapat bantu Turki lebih damai
25 Agustus 2016 22:50 WIB
Alp Aslandogan (ANTARA / Bambang Purwanto)
Pewarta: Bambang Purwanto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: