Sydney (ANTARA News) - Seorang pria Prancis pada Kamis (25/08) dituduh menikam seorang wanita backpacker asal Inggris hingga tewas di Australia, namun polisi mengatakan bahwa dia tidak menunjukkan tanda-tanda radikalisasi meskipun pria itu mengatakan "Allahu Akbar" ketika melakukan serangan tersebut, lapor AFP.

Smail Ayad (29), dituduh menikam Mia Ayliffe-Chung (21), beberapa kali pada Selasa malam di sebuah hostel di Home Hill. Sebuah kota di negara bagian Queensland utara.

Serangan itu juga membuat seorang pria Inggris berusia 30 tahun menderita cedera kepala kritis, seorang pria setempat berusia 46 tahun dengan luka tidak serius, dan seekor anjing mati.

Ayad -- dijadwalkan akan diadili pada Jumat -- terancam hukuman atas tuduhan pembunuhan, dua tuduhan percobaan pembunuhan, satu tuduhan kekejaman serius terhadap hewan dan 12 tuduhan penyerangan serius, kata Polisi Queensland.

Pria Prancis itu juga dituduh menolak keras ketika dibawa oleh polisi dari rumah sakit tempat dia menjalani pemeriksaan kejiwaan pada Rabu malam, dengan para polisi terpaksa menggunakan Taser (alat sentrum untuk membela diri) dan penyemprot merica ke Ayat.

Namun, sementara polisi menduga Ayad mengatakan "Allahu Akbar" ketika melakukan serangan tersebut dan mengatakannya lagi ketika ditangkap, para penyelidik menegaskan pada Kamis bahwa tidak ada tanda-tanda radikalisasi.

"Kami tentunya tidak mengesampingkan apapun dalam masa ini tentu saja tidak -- saya ulangi -- benar-benar tak ada indikasi radikalisasi dalam bentuk apa pun atau motif tertentu yang berhubungan dengan masalah ini," kata detektif pengawas Ray Rohweder dalam sebuah konferensi pers.

Canberra telah meningkatkan kekhawatiran tentang ekstrimis dan khususnya radikalisasi lokal, mempertahankan tingkat ancaman teror tetap tinggi sejak September 2014.