Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Selasa sore bergerak menguat sebesar 36 poin menjadi Rp13.190, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp13.226 per dolar AS.

"Pelemahan yang dialami mata uang rupiah kemarin (22/8) merupakan reaksi jangka pendek. Bank Indonesia juga masih terus menjaga stabilitas mata uang rupiah agar sesuai dengan fundamentalnya," kata pengamat pasar uang Bank Himpuan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Selasa.

Ia menambahkan bahwa ruang pertumbuhan perekonomian Indonesia juga masih terbuka menyusul mulai berjalanannya sejumlah program pemerintah salah satunya amnesti pajak, sentimen itu akan menambah dorongan bagi pelaku pasar uang untuk kembali mengakumulasi aset berdenominasi rupiah.

"Meski jumlah dana hasil repatriasi masih minim, namun ada harapan akan meningkat yang nantinya dapat memperbaiki fiskal negara," katanya.

Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa di tengah kehati-hatian pelaku pasar uang menjelang simposium tahunan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) di Jackson Hole pada akhir pekan nanti, dolar AS diperdagangkan cenderung melemah terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah.

"Dolar AS terlihat kehilangan momentum penguatan menjelang pertemuan tahunan itu. Simposium itu biasanya selalu digunakan oleh Ketua The Fed untuk memberikan sinyal mengenai arah kebijakan moneternya, katanya.

Di tengah situasi itu, lanjut dia, pelaku pasar akan berhati-hati apalagi kondisi ekonomi Amerika Serikat belum sepenuhnya membaik.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.216 dibandingkan hari sebelumnya (22/8) Rp13.197.