Riau segera peroleh pesawat modifikasi cuaca
22 Agustus 2016 20:45 WIB
Pesawat terbang pemadam kebakaran dengan kapasitas terbesar, Evergreen 747 Supertanker, sedang membuang muatannya. Dia mampu membawa 78.000 liter air. (newscom.au)
Pekanbaru (ANTARA News) - Provinsi Riau segera memperoleh bantuan pesawat modifikasi cuaca dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana setelah pesawat Cassa yang sebelumnya berada di wilayah tersebut digeser ke Provinsi Sumatera Utara.
"Pesawat modifikasi cuaca (Riau) digeser ke Sumatera Utara untuk mendukung Satgas Karhutla di sana. Sesuai rencana, Kamis akan datang pesawat penggantinya," kata Kepala BPBD Edwar Sanger kepada Antara di Pekanbaru, Senin.
Edwar memastikan bahwa pesawat yang sesuai rencana akan tiba pada Kamis mendatang (25/8) tersebut merupakan pesawat lain dan bukan pesawat Cassa yang telah dipindah ke Sumatera Utara.
Sementara itu, Edwar menyambut baik dengan rencana kedatangan pesawat tersebut. Menurutnya, saat ini banyak terpantau sel-sel awan Cumulus yang berpotensi terbentuk hujan sehingga momen tersebut harus dapat dimanfaatkan dengan baik.
Lebih jauh, ia mewakili warga dan pemerintah provinsi Riau mengaturkan terima kasih kepada BNPB atas dukungan yang selama ini dilakukan ke Satgas Karhutla Riau.
"Hasilnya, Riau berhasil menekan angka Karhutla secara signifikan dan bencana kabut asap dapat dihindari," jelasnya.
Pada Sabtu akhir pekan lalu, pesawat Cassa bantuan BNPB yang selama ini digunakan dalam operasi teknologi modifikasi cuaca untuk membentuk hujan buatan di Provinsi Riau digeser ke Bandara Silangit, Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Pesawat jenis Cassa yang dioperasikan BPBD Riau dengan menggandeng Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tersebut mulai melakukan kegiatan penyebaran garam teknologi modifikasi cuaca (TMC) sejak pertengahan Juli 2016 lalu.
Pesawat yang mampu mengangkut satu ton setiap satu kali terbang itu setiap hari terus melakukan TMC di sejumlah wilayah di Riau sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan.
Menurut Edwar, pergeseran pesawat yang dilakukan pada Sabtu kemarin (20/8) ke Sumatera Utara tersebut adalah untuk membantu pengisian waduk Silangit serta memperkuat kinerja Satgas Karhutla di wilayah itu.
Dengan diterbangkannya pesawat tersebut, praktis Satgas Karhutla Riau kekurangan satu unit armada andalan dalam penanggulangan kebakaran. Namun begitu, Edwar optimis jika kebakaran di Riau masih dapat ditanggulangi karena saat ini ada enam unit armada yang siap membantu pemadaman melalui jalur udara.
Keenam unit armada itu diantaranya adalah dua pesawat air tractor (AT), dua helikopter jenis MI-8, satu helikopter MI-171 serta satu heli Bolkow 105. Seluruhnya dimanfaatkan untuk operasi pengeboman air dan patroli udara.
Kondisi kebakaran lahan di Riau saat ini cenderung fluktuatif. BMKG Pekanbaru menyatakan titik api di Riau sempat meningkat tajam hingga mencapai 200 an titik pada 11-17 Agustus 2016 lalu. Sebaran titik api terpusat di wilayah pesisir Riau seperti Rokan Hilir, Dumai dan Bengkalis.
Namun, saat ini kondisinya cenderung menurun. Terakhir, berdasarkan pantauan satelit Terra dan Aqua pada akhir pekan ini, konsentrasi titik api berada di wilayah Bengkalis.
Setidaknya dua kecamatan di wilayah tersebut yakni Pinggir dan Bukit Batu hingga kini membara dengan luas kebakaran mencapai ratusan hektare.
"Pesawat modifikasi cuaca (Riau) digeser ke Sumatera Utara untuk mendukung Satgas Karhutla di sana. Sesuai rencana, Kamis akan datang pesawat penggantinya," kata Kepala BPBD Edwar Sanger kepada Antara di Pekanbaru, Senin.
Edwar memastikan bahwa pesawat yang sesuai rencana akan tiba pada Kamis mendatang (25/8) tersebut merupakan pesawat lain dan bukan pesawat Cassa yang telah dipindah ke Sumatera Utara.
Sementara itu, Edwar menyambut baik dengan rencana kedatangan pesawat tersebut. Menurutnya, saat ini banyak terpantau sel-sel awan Cumulus yang berpotensi terbentuk hujan sehingga momen tersebut harus dapat dimanfaatkan dengan baik.
Lebih jauh, ia mewakili warga dan pemerintah provinsi Riau mengaturkan terima kasih kepada BNPB atas dukungan yang selama ini dilakukan ke Satgas Karhutla Riau.
"Hasilnya, Riau berhasil menekan angka Karhutla secara signifikan dan bencana kabut asap dapat dihindari," jelasnya.
Pada Sabtu akhir pekan lalu, pesawat Cassa bantuan BNPB yang selama ini digunakan dalam operasi teknologi modifikasi cuaca untuk membentuk hujan buatan di Provinsi Riau digeser ke Bandara Silangit, Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Pesawat jenis Cassa yang dioperasikan BPBD Riau dengan menggandeng Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tersebut mulai melakukan kegiatan penyebaran garam teknologi modifikasi cuaca (TMC) sejak pertengahan Juli 2016 lalu.
Pesawat yang mampu mengangkut satu ton setiap satu kali terbang itu setiap hari terus melakukan TMC di sejumlah wilayah di Riau sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan bencana kebakaran hutan dan lahan.
Menurut Edwar, pergeseran pesawat yang dilakukan pada Sabtu kemarin (20/8) ke Sumatera Utara tersebut adalah untuk membantu pengisian waduk Silangit serta memperkuat kinerja Satgas Karhutla di wilayah itu.
Dengan diterbangkannya pesawat tersebut, praktis Satgas Karhutla Riau kekurangan satu unit armada andalan dalam penanggulangan kebakaran. Namun begitu, Edwar optimis jika kebakaran di Riau masih dapat ditanggulangi karena saat ini ada enam unit armada yang siap membantu pemadaman melalui jalur udara.
Keenam unit armada itu diantaranya adalah dua pesawat air tractor (AT), dua helikopter jenis MI-8, satu helikopter MI-171 serta satu heli Bolkow 105. Seluruhnya dimanfaatkan untuk operasi pengeboman air dan patroli udara.
Kondisi kebakaran lahan di Riau saat ini cenderung fluktuatif. BMKG Pekanbaru menyatakan titik api di Riau sempat meningkat tajam hingga mencapai 200 an titik pada 11-17 Agustus 2016 lalu. Sebaran titik api terpusat di wilayah pesisir Riau seperti Rokan Hilir, Dumai dan Bengkalis.
Namun, saat ini kondisinya cenderung menurun. Terakhir, berdasarkan pantauan satelit Terra dan Aqua pada akhir pekan ini, konsentrasi titik api berada di wilayah Bengkalis.
Setidaknya dua kecamatan di wilayah tersebut yakni Pinggir dan Bukit Batu hingga kini membara dengan luas kebakaran mencapai ratusan hektare.
Pewarta: Fazar Muhardi & Anggi Romadhoni
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: