Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar uang antarbank Jakarta pada Jumat sore melemah sembilan poin menjadi 13.129 per dolar AS, dari posisi sebelumnya 13.120 per dolar AS, karena faktor teknikal setelah dalam beberapa hari sebelumnya menguat.

"Rupiah melemah pada akhir pekan ini, namun masih relatif wajar mengingat dalam beberapa hari terakhir telah bergerak menguat," kata pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, di Jakarta.

Menurut dia, pelemahan rupiah masih bersifat teknikal sehingga ruang rupiah untuk kembali bergerak ke area positif cukup terbuka, apalagi fundamental ekonomi Indonesia relatif positif.

Ia menambahkan bahwa dalam RAPBN 2017 disebutkan target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen, lebih baik dari tahun ini yang sebesar 5,1 persen.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa secara umum optimisme pelaku pasar uang masih bertahan. Pemerintah cukup realistis memasang target dalam RAPBN sehingga meningkatkan kredibilitas kebijakan serta kepercayaan investor di pasar uang.

Di sisi lain, lanjut dia, angka inflasi Amerika Serikat yang turun serta notulensi rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini yang tidak terburu-buru menaikan suku bunga turut menahan penguatan dolar AS lebih tinggi.

"Peluang kenaikan suku bunga AS cenderung rendah walaupun beberapa anggota the Fed masih menginginkan kenaikan yang secepatnya," katanya.

Sementara itu, berdarakan kurs tengah Bank Indonesia, rupiah berada pada 13.119 per dolar AS setelah pada Kamis (18/8) tertengger pada 13.114 per dolar AS.