Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi XI DPR, Nurdin Tampubolon, memberi penilaian dia atas capaian dan target pertumbuhan ekonomi nasional sebagaimana telah dilakukan pemerintah dan diutarakan selama ini.


Untuk tahun anggaran 2016 yang telah berjalan delapan bulan, dia katakan, di Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa, target sebesar 5,2 persen berat untuk dicapai. "(Pertumbuhan ekonomi) 5,2 persen tahun ini mungkin, tapi agak berat. Kalau 5,1 persen bisa," ujar dia.




Dia katakan itu setelah hadir pada rapat paripurna DPR dengan acara tunggal mendengarkan pidato presiden pengantar nota keuangan RAPBN 2017, yang disampaikan Presiden Jokowi. Segenap jajaran menteri Kabinet Kerja hadir, sebagaimana para duta besar negara-negara sahabat dan setingkat.




Pemerintah dalam RAPBN 2017 menargetkan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen.

"Yang saat ini yang realistis ya itu (5,3 persen). Dalam kondisi sekarang, situasi ekonomi melambat kalau itu bisa dicapai sudah luar biasa sekali," ujar dia.

Angka pertumbuhan ekonomi 5,3 persen pada 2017 itu diajukan pemerintah di depan DPR yang memiliki hak anggaran, dengan asumsi laju inflasi 4,0 persen, nilai tukar rupiah Rp13.300 per dolar AS dan harga minyak mentah Indonesia 45 dolar Amerika Serikat per barel.

Pemerintah mengklaim, penetapan asumsi ekonomi makro itu telah memperhitungkan seluruh dinamika yang ada dan tantangan yang dihadapi di mana prospek perekonomian global diperkirakan akan membaik.



Meskipun, pemerintah harus bekerja keras menghadapi ketidakpastian yang bersumber dari perlambatan ekonomi di berbagai negara berkembang, serta prospek pemulihan ekonomi negara-negara maju yang belum sesuai harapan.

Terkait dengan penerimaan pajak yang ditargetkan dalam RAPBN 2017 sebesar Rp1.459,9 triliun, Tampubolon menilai target tersebut terlalu tinggi.

"Memang terlalu optimistis kelihatannya, tapi harus coba diupayakan. Tapi itu khan masih asumsi permulaan. Mudah-mudahan nanti asumsi ini lebih realistis pada pembahasan, September-Oktober nanti," kata dia.