Yogyakarta (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Yogyakarta memprediksi bahwa awal musim hujan di wilayah DIY akan berlangsung pada dasarian ketiga atau akhir September.

"Periode kemarau basah akan segera berakhir pada akhir September dan langsung dilanjutkan dengan awal musim hujan," kata Koordinator Pos Klimatologi Badan Meteorologi, Klomatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Joko Budiono di Yogyakarta, Selasa.

Joko mengatakan awal musim hujan di DIY akan ditandai dengan meningkatnya curah hujan mencapai 50-70 milimeter per dasarian dan akan mencapai puncaknya pada Januari hingga Februari 2017. Musim hujan di DIY akan berlangsung secara bertahap diawali dari Kabupaten Sleman Utara.

"Akhir September nanti dimulai dari Kabupaten Sleman Utara yang berturut-turut akan diikuti wilayah lain hingga paling akhir Gunung Kidul Selatan," kata dia.

Menurut dia, pada pertengahan September DIY telah memasuki masa pancaroba yang pada umumnya terjadi gejala pancaroba berupa cuaca ekstrem serta mulai terjadi hujan dengan intensitas rendah.

Menurut dia masa transisi pergantian musim kemarau ke musim hujan (pancaroba) akan terjadi pada pertengahan September. Dalam masa transisi seperti itu, cuaca ekstrem dengan potensi hujan disertai angin kencang akan sering terjadi.

"Masyarakat diharapkan tetap waspada untuk mengantisipasi peristiwa longsor, pohon tumbang atau puting beliung yang berpotensi selama pancaroba," kata dia.

Pada musim hujan tahun ini, menurut dia, masih disertai dengan kemunculan fenomena La Nina namun memiliki katagori sedang. "Akan berpengaruh pada semakin tingginya curah hujan, namun pengaruhnya tidak terlalu kuat," kata Joko.

Sementara saat ini, kata dia, sesuai pemantauan Pos Klimatogi masih terjadi anomali (gangguan) dinamika laut berupa naiknya suhu permukaan laut di Selatan Jawa yang mengakibatkan pembentukan awan hujan cukup besar terjadi.

"Dinamika laut seperti itu masih akan terjadi hingga dua bulan mendatang," kata Joko.