Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak menguat sebesar 53 poin menjadi Rp13.065 dibandingkan posisi sebelumnya sebesar Rp13.118 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa mata uang rupiah menguat terhadap dolar AS mendapat sentimen positif dari dalam negeri setelah sejumlah data-data ekonomi domestik yang dirilis menunjukkan perbaikan.

"Sejumlah data ekonomi domestik yang telah dirilis menunjukkan perekonomian Indonesia cukup kondusif di tengah ekonomi global, terutama negara maju yang masih melambat. Situasi itu menjadi salah satu pemicu investor untuk masuk ke dalam negeri," katanya.

Bank Indonesia mencatat Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada Triwulan II 2016 membukukan surplus, ditopang oleh menurunnya defisit transaksi berjalan dan meningkatnya surplus transaksi modal dan finansial. Surplus NPI tercatat sebesar 2,2 miliar dolar AS setelah pada triwulan sebelumnya mengalami defisit sebesar 0,3 miliar dolar AS.

NPI merupakan indikator yang mengukur transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dan penduduk negara lain yang terdiri atas transaksi berjalan, transaksi modal, dan transaksi finansial.

Di sisi lain, lanjut dia, program amnesti pajak yang sedang berjalan juga cukup berdampak pada laju nilai tukar rupiah. Dana repatriasi diperkirakan mulai mengalir ke dalam negeri sehingga meningkatkan permintaan rupiah.

Dari eksternal, lanjut dia, dolar AS masih dibebani oleh data ekonomi Amerika Serikat yang masih melambat sehingga meredam kenaikan suku bunga bank sentral AS (Fed fund rate) dalam waktu dekat.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada hari Senin ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.121 dibandingkan hari sebelumnya, Jumat (12/8) Rp13.120.