Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada Senin pagi bergerak menguat sebesar 17 poin menjadi Rp13.101, dibandingkan posisi sebelumnya di Rp13.118 per dolar AS.

"Secara umum, sentimen positif domestik masih mendominasi di dalam negeri. Terakhir, defisit neraca transaksi berjalan kuartal II 2016 yang diumumkan turun, menambah alasan pemangkasan lanjutan suku bunga acuan ke depan," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Senin.

Bank Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan menurun didorong oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas. Defisit transaksi berjalan menurun dari 4,8 miliar dolar AS (2,2 persen PDB) pada triwulan I 2016 menjadi 4,7 miliar dolar AS (2 persen PDB) pada triwulan II 2016.

Menurunnya defisit transaksi berjalan itu turut menjadi salah satu penopang Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II 2016. Di kuartal II (April-Mei-Juni) 2016, Bank Indonesia mencatat surplus neraca pembayaran Indonesia sebesar 2,2 miliar dolar AS. Catatan surplus itu menunjukkan perbaikan, setelah pada triwulan I 2016, NPI defisit 0,3 miliar dolar AS.

NPI merupakan indikator yang mengukur transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dengan penduduk negara lain, yang terdiri dari transaksi berjalan, transaksi modal, dan transaksi finansial.

Ia menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang kembali menguat turut menopang laju mata uang rupiah terhadap dolar AS. Terpantau, harga minyak mentah dunia jenis WTI naik sebesar 0,76 persen menjadi 44,83 dolar AS per barel dan minyak mentah Brent naik 0,60 persen menjadi 47,25 dolar AS per barel.

"Kondisi itu menambah sentime positif bagi mata uang domestik sehingga peluang untuk bergerak di area positif masih cukup baik," katanya.