London (ANTARA News) - Tim Muhibah Angklung yang terdiri atas 40 orang siswa siswi dan alumni SMA Negeri 3 Bandung tampil memukau dalam rangkaian konser angklung dan workshop di beberapa negara di Eropa yang diadakan di KBRI Paris.

Acara yang berlangsung 90 menit itu menampilkan konser angklung yang mengiringi lagu-lagu Indonesia dan lagu internasional serta tarian tradisional Indonesia, antara lain tari Kecak dari Bali dan tari Tor-tor dari Batak, kata Minister Counsellor KBRI Paris Henry R. W. Kaitjily kepada Antara, Jumat.

Permainan angklung menawan ini mendapat sambutan meriah dari 250 undangan yang memadati Ruang Balai Budaya KBRI Paris.

Kunjungan ke Prancis tidak lepas dari upaya mempromosikan alat musik tradisional Indonesia yang diakui UNESCO pada 16 November 2010 itu, sebagai salah satu warisan budaya non materi dunia (intangible cultural heritage). Pencapaian ini perlu ditindaklanjuti dengan melestarikan angklung dan terus mempromosikannya baik di dalam maupun luar negeri.

Lawatan ke Eropa juga dilatarbelakangi oleh kisah perjalanan tim angklung Expand The Sound of Angklung (ESA), Keluarga Paduan Angklung SMA Negeri 3 Bandung (KPA 3), ke enam negara Eropa pada 2004.

Meskipun tidak memiliki uang yang cukup dan diterpa berbagai masalah, tim ESA 2004 dapat bertahan di Eropa selama 40 hari dan berhasil membawa pulang beberapa penghargaan pada dua festival bergengsi di Republik Ceko dan Polandia.

Perjalanan mereka diabadikan dalam buku berjudul "40 Days in Europ" yang ditulis Maulana M. Syuhada. Buku yang menginspirasi banyak orang dan diangkat ke layar lebar.

Untuk menghidupkan kembali kisah dan semangat perjuangan tim ESA 2004, siswa siswi SMA Negeri 3 Bandung dan beberapa alumni membentuk tim "Muhibah Angklung" untuk lawatan 30 hari dari 28 Juli hingga 28 Agustus ke lima negara Eropa yang merupakan napak tilas perjalanan tim ESA 2004 dua belas tahun silam.

Tim mengikuti tiga festival tingkat dunia di Aberdeen, Skotlandia, Cerveny Kostelec di Ceko dan Zakopane di Polandia serta mengadakan konser di beberapa kota Eropa, termasuk Paris.

Ketua rombongan Tim Muhibah Angklung 40 Days in Europe, Maulana Syuhada menyebutkan setelah dari Paris, tim akan melanjutkan perjalanan ke Vert-le-Petit, Prancis untuk tinggal bersama warga setempat dan mengadakan konser untuk warga serta workshop angklung untuk anak-anak.