Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis pagi, bergerak menguat delapan poin menjadi Rp13.097 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.105 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis mengatakan bahwa di tengah euforia amnesti pajak, optimisme dari pasar keuangan domestik mampu bertahan setelah pemerintah melemparkan wacana untuk memangkas pajak penghasilan (PPh) badan dalam rangka menstimulus pertumbuhan ekonomi.

"Kondisi itu kembali membuka ruang mata uang rupiah untuk melanjutkan penguatannya," katanya.

Ia mengatakan bahwa imbal hasil global yang mengalami penurunan menekankan prospek pertumbuhan global yang masih buruk, situasi itu akan membuat rencana bank sentral AS (The Fed) untuk menaikan suku bunga acuannya masih akan sulit terjadi.

Ia menambahkan bahwa dolar AS yang sedang mengalami tekanan terhadap mayoritas mata uang global juga turut menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang rupiah mengalami apresiasi.

Ia mengatakan bahwa fokus pelaku pasar perlahan akan beralih ke data perdagangan Juli 2016 yang akan dirilis pada akhir pekan ini (Jumat, 11/8) serta keputusan kebijakan tingkat suku bunga acuan (BI rate) pada pekan depan.

Analis Monex Investindo Futures Putu Agus menambahkan bahwa faktor outlook ekonomi global terutama di negara maju yang masih kurang bagus akan mendorong investor melirik aset di negara berkembang mengingat imbal hasil yang ditawarkan relatif tinggi.

"Aset di negara berkembang masih menjadi incaran, apalagi didukung ekonomi yang tumbuh," katanya.