Bandung (ANTARA News) - Ayah kandung atlet angkat besi putri Sri Wahyuni Agustiani, Candiana (44 tahun) mengaku bangga dengan prestasi anak sulungnya, yang telah berhasil mempersembahkan medali pertama bagi Indonesia pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil, setelah meraih perak pada kelas 48 kg.
"Responnya bahagia, sedih, tapi sedihnya itu sedih gembira bahkan pas tahu juara di Olimpiade ibunya sampai nangis," kata Candiana di kediamannya di Kampung Bojong Pulus RT4/RW2 Desa Banjaran Wetan, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung, Rabu.
Candiana mengetahui kabar bahwa anaknya berhasil meraih medali perak di Olimpiade 2016 dari pelatihnya, Junaedi dan Feni.
"Komunikasi terakhir dengan si Eneng Yuni (sapaan Sri Wahyuni Agustiani di keluarganya) itu dua hari sebelum berangkat ke Brasil. Bahkan yang ngabarin ke saya kalau si Eneng menang itu dari pelatihnya Bu Feni," katanya.
Menurut dia, untuk bisa meraih prestasi di Olimpiade 2016 tersebut anaknya harus menghabiskan waktu sekitar delapan tahun berlatih.
"Dan alhamdulilah, berkat kerja kerasnya ini, si Eneng sudah mengumpulkan 32 medali. Mayoritas kalau ikut kejuaraan angkat besi di dalam dan luar negeri si Eneng meraih juara kesatu atau kedua," kata dia.
Ia menuturkan ketertarikan Yuni terhadap dunia olahraga sudah ada sejak kecil, bahkan ia merupakan atlet marathon yang pernah ikut Porda Kabupaten Bandung awal tahun 90-an.
"Sejak tahun 2012, si Eneng tinggalnya di mess Bekasi (gedung Persatuan Angkat Berat dan Besi Seluruh Indonesia/PABBSI, dan itu jarang pulang kalau selama di mess," ujarnya.
Saat ini, Sri Wahyuni Agustiani anak sulung dari pasangan Candiana dan Rosita yang lahir di Bandung, pada 13 Agustus 1994 ini, tercatat sebagai mahasiswa jurusan Hukum, Universitas Bhayangkara, Bekasi, Jawa Barat.
OLIMPIADE 2016 - Keluarga bangga dengan prestasi Sri Wahyuni
10 Agustus 2016 13:23 WIB
Atlet angkat besi putri Indonesia Sri Wahyuni Agustiani. (ANTARA FOTO/Saptono)
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: