Lapan: titik panas di Sumatera turun drastis
9 Agustus 2016 19:25 WIB
Pemadaman Kebakaran Lahan dan Hutan Helikopter Mi-8 MTV milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan pengeboman air (water boombing) di Kab Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel, Rabu (15/7/2015). Pengeboman air (water boombing) salah satu cara yang dilakukan pemerintah Sumatera Selatan Untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan tahun ini. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
Pekanbaru (ANTARA News) - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyatakan, titik panas di Sumatera mengalami penurunan secara dratis karena terpantau hanya tinggal empat titik, padahal hari sebelumnya atau Senin (8/8) sore tercatat 232 titik panas.
"Sore ini atau pukul 16.00 Wib, satelit hanya memantau empat titik panas berada di Sumatera," ujar Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Slamet Riyadi di Pekanbaru, Selasa.
Pihaknya menyampaikan data dirilis LAPAN menjelaskan, empat titik panas tersebut berdasarkan pantauan dari sensor modis terpasang pada satelit Terra maupun Aqua dan berada di angkasa.
Titik panas itu, ucapnya, tersebar pada dua provinsi di daratan Sumatera dengan wilayah kosentrasi terjadi di Riau berjumlah tiga titik dan di Sumatera Selatan terdapat satu titik.
Untuk tiga titik panas terpantau berada di Riau tersebut, katanya, terjadi pada dua daerah dari 12 kabupaten/kota masing-masing Dumai dua titik dan Bengkalis satu titik.
"Tingkat kepercayaan di atas 70 persen dan menandakan titik api atau potensi kebakaran lahan dan hutan terjadi dua titik yakni Kecamatan Bukit Kapur, Dumai dan Kecamatan Rupat, Bengkalis," jelasnya.
Berdasarkan data terakhir, jumlah titik panas dikeluarkan LAPAN pada Senin (8/8) sore atau pukul 16.00 Wib, terdapat 232 titik di Sumatera, 53 titik diantaranya berada di Provinsi Sumatera Selatan dan 45 titik di Provinsi Riau.
Sementara pukul 7.00 Wib pagi hari, LAPAN menyebut 173 titik panas di Sumatera seperti 51 titik di Provinsi Sumatera Selatan, lalu 40 titik di Provinsi Bangka Belitung dan 22 titik di Provinsi Riau atau mengalami peningkatan 12 titik dibanding hari sebelumnya atau Ahad (7/8) terpantau 161 titik panas.
Satuan Tugas Udara Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Riau dilaporkan terus melanjutkan penanggulangan kebakaran dengan operasi water bombing atau pengeboman air melalui udara.
"Pengeboman air dengan menggunakan helikopter dan pesawat Air Tractor dilakukan di wilayah Rokan Hilir, Bengkalis, Dumai dan Pelalawan," kata anggota Satgas Udara Karhutla Riau, Lettu Sherif Yanuardi.
Dia menjelaskan, pantauan terakhir kebakaran terjadi di wilayah Kabupaten Rokan Hilir dan telah menyebar di sejumlah titik diantaranya Kecamatan Bangko, Kecamatan Pujud, dan Kecamatan Tanah Putih.
Berdasarkan pantauan dari udara, ia menjelaskan, kebakaran lahan di wilayah tersebut, masih cukup besar karena mengakibatkan asap mengepul membumbung tinggi ke udara.
"Kebakaran di Rokan Hilir terjadi sejak sepekan terakhir. Untuk itu, kami telah mengerahkan dua pesawat air tractor (pengebom air) ke wilayah tersebut," terangnya.
Dua helikopter jenis MI-8 dan MI-171, lanjut dia, telah dikerahkan ke wilayah Pelalawan, Bengkalis dan Dumai.
"Proses pemadaman juga turut dibantu dengan menggunakan satu helikopter bantuan dari perusahaan kertas, guna memaksimalkan pemadaman di Bengkalis dan Dumai," ucapnya.
"Sore ini atau pukul 16.00 Wib, satelit hanya memantau empat titik panas berada di Sumatera," ujar Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Slamet Riyadi di Pekanbaru, Selasa.
Pihaknya menyampaikan data dirilis LAPAN menjelaskan, empat titik panas tersebut berdasarkan pantauan dari sensor modis terpasang pada satelit Terra maupun Aqua dan berada di angkasa.
Titik panas itu, ucapnya, tersebar pada dua provinsi di daratan Sumatera dengan wilayah kosentrasi terjadi di Riau berjumlah tiga titik dan di Sumatera Selatan terdapat satu titik.
Untuk tiga titik panas terpantau berada di Riau tersebut, katanya, terjadi pada dua daerah dari 12 kabupaten/kota masing-masing Dumai dua titik dan Bengkalis satu titik.
"Tingkat kepercayaan di atas 70 persen dan menandakan titik api atau potensi kebakaran lahan dan hutan terjadi dua titik yakni Kecamatan Bukit Kapur, Dumai dan Kecamatan Rupat, Bengkalis," jelasnya.
Berdasarkan data terakhir, jumlah titik panas dikeluarkan LAPAN pada Senin (8/8) sore atau pukul 16.00 Wib, terdapat 232 titik di Sumatera, 53 titik diantaranya berada di Provinsi Sumatera Selatan dan 45 titik di Provinsi Riau.
Sementara pukul 7.00 Wib pagi hari, LAPAN menyebut 173 titik panas di Sumatera seperti 51 titik di Provinsi Sumatera Selatan, lalu 40 titik di Provinsi Bangka Belitung dan 22 titik di Provinsi Riau atau mengalami peningkatan 12 titik dibanding hari sebelumnya atau Ahad (7/8) terpantau 161 titik panas.
Satuan Tugas Udara Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Riau dilaporkan terus melanjutkan penanggulangan kebakaran dengan operasi water bombing atau pengeboman air melalui udara.
"Pengeboman air dengan menggunakan helikopter dan pesawat Air Tractor dilakukan di wilayah Rokan Hilir, Bengkalis, Dumai dan Pelalawan," kata anggota Satgas Udara Karhutla Riau, Lettu Sherif Yanuardi.
Dia menjelaskan, pantauan terakhir kebakaran terjadi di wilayah Kabupaten Rokan Hilir dan telah menyebar di sejumlah titik diantaranya Kecamatan Bangko, Kecamatan Pujud, dan Kecamatan Tanah Putih.
Berdasarkan pantauan dari udara, ia menjelaskan, kebakaran lahan di wilayah tersebut, masih cukup besar karena mengakibatkan asap mengepul membumbung tinggi ke udara.
"Kebakaran di Rokan Hilir terjadi sejak sepekan terakhir. Untuk itu, kami telah mengerahkan dua pesawat air tractor (pengebom air) ke wilayah tersebut," terangnya.
Dua helikopter jenis MI-8 dan MI-171, lanjut dia, telah dikerahkan ke wilayah Pelalawan, Bengkalis dan Dumai.
"Proses pemadaman juga turut dibantu dengan menggunakan satu helikopter bantuan dari perusahaan kertas, guna memaksimalkan pemadaman di Bengkalis dan Dumai," ucapnya.
Pewarta: Muhammad Said
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: