Pemerintah terus pantau perkembangan ekonomi AS-Tiongkok
9 Agustus 2016 16:31 WIB
Dokumentasi: Optimisme Pertumbuhan Ekonomi Suasana deretan gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (29/3). Bank Indonesia optimis pertumbuhan ekonomi tahun 2016 berkisar 5,2 hingga 5,6 persen yang didorong investasi pemerintah, konsumsi dan investasi swasta. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah terus memantau dan menganalisis perkembangan ekonomi terkini dari dua negara besar yakni Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok yang dianggap berpengaruh besar terhadap ekonomi domestik.
"Memantau perkembangan kebijakan dan kondisi terkini perekonomian AS dan RRT menjadi penting karena berdampak cukup besar pada perekonomian Indonesia," kata Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Leonard Tampubolon di Jakarta, Selasa.
Pengetatan kebijakan moneter AS, lanjut Leo, dinilai akan memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, investasi, dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia.
Menurutnya, untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu peningkatan kualitas belanja pemerintah dan percepatan realisasi untuk menjaga daya beli masyarakat menengah ke bawah.
"Selain itu, perlu dilakukan peningkatan investasi pemerintah di sektor infrastruktur dan menjaga inflasi tetap rendah dengan perbaikan dari sisi penawaran," ujarnya.
Sementara itu, terkait memburuknya perekonomian RRT, dinilai akan memberikan dampak langsung terhadap perekonomian melalui jalur perdagangan.
"Antisipasi untuk pertumbuhan perekonomian RRT yang memburuk yaitu dengan diversifikasi tujuan ekspor," kata Leo.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri mulai meningkat pada triwulan II-2016 yang mencapai 5,18 persen, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 4,66 persen dan triwulan sebelumnya 4,91 persen.
Pemerintah yang terdiri dari Bappenas, Badan Pusat Statistik (BPS), Kemenko Perekonomian, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), melakukan semacam simulasi terkait risiko ekonomi global dan domestik.
Skenario ekonomi global dan domestik yang ditinjau adalah pengetatan kebijakan moneter AS, pertumbuhan ekonomi RRT memburuk, penurunan harga minyak dunia, dan peningkatan investasi Indonesia melalui Penanaman Modal Asing (PMA), investasi pemerintah, dan penurunan suku bunga BI.
Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap pengaruh skenario-skenario tersebut terhadap ekonomi domestik, nilai tukar, ekspor, impor, investasi, inflasi, dan pasar kerja Indonesia.
"Memantau perkembangan kebijakan dan kondisi terkini perekonomian AS dan RRT menjadi penting karena berdampak cukup besar pada perekonomian Indonesia," kata Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Leonard Tampubolon di Jakarta, Selasa.
Pengetatan kebijakan moneter AS, lanjut Leo, dinilai akan memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, investasi, dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia.
Menurutnya, untuk mengantisipasi hal tersebut, perlu peningkatan kualitas belanja pemerintah dan percepatan realisasi untuk menjaga daya beli masyarakat menengah ke bawah.
"Selain itu, perlu dilakukan peningkatan investasi pemerintah di sektor infrastruktur dan menjaga inflasi tetap rendah dengan perbaikan dari sisi penawaran," ujarnya.
Sementara itu, terkait memburuknya perekonomian RRT, dinilai akan memberikan dampak langsung terhadap perekonomian melalui jalur perdagangan.
"Antisipasi untuk pertumbuhan perekonomian RRT yang memburuk yaitu dengan diversifikasi tujuan ekspor," kata Leo.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri mulai meningkat pada triwulan II-2016 yang mencapai 5,18 persen, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 4,66 persen dan triwulan sebelumnya 4,91 persen.
Pemerintah yang terdiri dari Bappenas, Badan Pusat Statistik (BPS), Kemenko Perekonomian, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), melakukan semacam simulasi terkait risiko ekonomi global dan domestik.
Skenario ekonomi global dan domestik yang ditinjau adalah pengetatan kebijakan moneter AS, pertumbuhan ekonomi RRT memburuk, penurunan harga minyak dunia, dan peningkatan investasi Indonesia melalui Penanaman Modal Asing (PMA), investasi pemerintah, dan penurunan suku bunga BI.
Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap pengaruh skenario-skenario tersebut terhadap ekonomi domestik, nilai tukar, ekspor, impor, investasi, inflasi, dan pasar kerja Indonesia.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: