Ternate, Maluku Utara (ANTARA News) - Pulau Halmahera, Maluku Utara, merupakan daerah rawan penyelundupan satwa liar, menyusul kasus penangkapan atas penyelundupan satwa liar dalam sebulan terakhir.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Ternate BKSDA Maluku, Lilian Komaling, di Ternate, Jumat, mengatakan, daerah paling rawan tentang ini adalah di Halmahera Utara.
Untuk meminimalisir itu, mereka berkoordinasi rutin dengan instansi terkait yakni polisi dan TNI walau terkendala jumlah personil.
"Koordinasi menjadi senjata kami, karena, keterbatasan personil dan sarana-prasarana," ujarnya.
Selain itu, juga menyosialisasikan kesadaran pada masyarakat, dimana jika masyarakat mengetahui ada penyelundupan satwa dilindungi agar segera dilaporkan.
Pada Mei hingga Juli 2016 sudah terjadi penyitaan 474 burung satwa liar hidup dari berbagai jenis.
Di sana terdapat enam kawasan konservasi di Halmahera Selatan dan Kepulauan Sula, yaitu Cagar Alam Gunung Sibela di Halmahera Selatan, Cagar Alam Buku Matola, Cagar Alam Toseho, Cagar Alam Taliabu, Cagar Alam Obi, dan Cagar Alam Toborai.
Penyelundupan satwa liar rawan terjadi di Pulau Halmahera
5 Agustus 2016 13:55 WIB
Ilustrasi satwa liar dilindungi yang disita aparatur negara. (ANTARA FOTO/ Feny Selly) ()
Pewarta: Abdul Fatah
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: