Rupiah Jumat pagi bergerak menguat
5 Agustus 2016 10:38 WIB
Lembaran uang rupiah dan dolar Amerika Serikat. Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat pagi, bergerak menguat sebesar 19 poin menjadi Rp13.124 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.143 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat pagi, bergerak menguat sebesar 19 poin menjadi Rp13.124 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.143 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta, di Jakarta, mengatakan bahwa menjelang pengumuman rilis angka pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal II 2016 yang diperkirakan membaik ke 4,97 persen secara tahunan, menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang rupiah.
"Kondisi itu akan membuka peluang bagi mata uang rupiah bergerak di area positif pada akhir pekan ini," katanya lagi.
Ia menambahkan bahwa mayoritas kurs di kawasan Asia bergerak menguat terhadap dolar AS, menandakan adanya faktor global sebagai pendorong.
Isu global seperti stimulus oleh Bank Sentral Inggris (BoE) yang memangkas suku bunga, serta harga minyak mentah dunia yang stabil bisa menjaga sentimen apresiasi rupiah.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa mata uang dolar AS saat ini berada di bawah tekanan di tengah memudarnya potensi kenaikan suku bunga Amerika Serikat oleh bank sentral AS (The Fed) pada akhir tahun ini setelah data ekonomi yang lemah di kuartal kedua.
Ia mengemukakan bahwa produk domestik bruto (PDB) riil AS meningkat pada tingkat tahunan sebesar 1,2 persen di kuartal kedua 2016, jauh di bawah konsensus pasar 2,6 persen.
Sedangkan klaim tunjangan pengangguran di Amerika Serikat bertambah sebanyak 3.000 pekerja menjadi 269.000 dari pekan sebelumnya sebanyak 266.000.
Sebelumnya kalangan analis memperkirakan klaim pengangguran akan turun 1.000 pekerja.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta, di Jakarta, mengatakan bahwa menjelang pengumuman rilis angka pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal II 2016 yang diperkirakan membaik ke 4,97 persen secara tahunan, menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang rupiah.
"Kondisi itu akan membuka peluang bagi mata uang rupiah bergerak di area positif pada akhir pekan ini," katanya lagi.
Ia menambahkan bahwa mayoritas kurs di kawasan Asia bergerak menguat terhadap dolar AS, menandakan adanya faktor global sebagai pendorong.
Isu global seperti stimulus oleh Bank Sentral Inggris (BoE) yang memangkas suku bunga, serta harga minyak mentah dunia yang stabil bisa menjaga sentimen apresiasi rupiah.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa mata uang dolar AS saat ini berada di bawah tekanan di tengah memudarnya potensi kenaikan suku bunga Amerika Serikat oleh bank sentral AS (The Fed) pada akhir tahun ini setelah data ekonomi yang lemah di kuartal kedua.
Ia mengemukakan bahwa produk domestik bruto (PDB) riil AS meningkat pada tingkat tahunan sebesar 1,2 persen di kuartal kedua 2016, jauh di bawah konsensus pasar 2,6 persen.
Sedangkan klaim tunjangan pengangguran di Amerika Serikat bertambah sebanyak 3.000 pekerja menjadi 269.000 dari pekan sebelumnya sebanyak 266.000.
Sebelumnya kalangan analis memperkirakan klaim pengangguran akan turun 1.000 pekerja.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: