Sensasi wisata petik jeruk di Batu
5 Agustus 2016 09:57 WIB
Petani memilih buah jeruk hasil panen untuk dikirim ke Jakarta, Solo dan Semarang dengan harga Rp8 ribu per kilogram di Selorejo, Dau, Malang, Jawa Timur, Selasa (27/10). Petani jeruk di kawasan tersebut menangguhkan masa panen hingga 2 bulan untuk memperoleh keuntungan maksimal dari kenaikan harga dan naiknya permintaan pasca pengurangan impor buah diberlakukan pemerintah. (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)
Malang (ANTARA News) - Ingin mencicipi sensasi wisata petik jeruk? Datang dan kunjungilah Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) yang berlokasi di Tlekung, Kota Batu.
Kepala Balitjestro Kementerian Pertanian di Kota Batu, Jawa Timur Djoko Susilo Utomo, di Batu, Jumat, mengaku sudah cukup lama Balitjestro terbuka untuk masyarakat umum, bahkan menawarkan wisata petik jeruk di area Balitjestro dengan tiket hanya sebesar Rp25 ribu per orang.
"Dengan tiket seharga Rp25 ribu ini, pengunjung bisa menikmati tiga buah jeruk yang dipetik langsung dari pohonnya. Selain itu, pengunjung juga bisa membawa pulang buah jeruk yang dipetik sebanyak dua kilogram. Kalau pengunjung ingin berwisata petik jeruk ke Balitjestro setiap saat juga tidak ada masalah," kata Djoko.
Ia mengemukakan ada 242 varietas jeruk yang dihasilkan dari penelitian Balitjestro, baik yang sudah dilepas maupun belum. "Kami juga terbuka bagi mahasiswa yang ingin magang atau praktik kerja lapangan (PKL) sekaligus menggali ilmu melalui pelatihan," ujarnya.
Sedangkan untuk masyarakat Kota Batu, lanjutnya, Balitjestro sudah dua tahun terakhir ini memberikan bantuan bibit jeruk. "Harapan kami Kota Batu ini tidak hanya dikenal sebagai sentra buah apel saja, tapi juga jeruknya," urainya.
Sebelumnya Wali Kota Batu Eddy Rumpoko meminta Balitjestro bisa menjadi destinasi wisata alternatif di Kota Batu. Dengan demikian, Balitjestro tidak hanya melakukan penelitian, tapi juga difungsikan sebagai tempat wisata kebun atau lainnya karena potensinya cukup besar.
"Kami lihat potensi destinasi wisata kebun (petik jeruk) di Balitjestro ini sangat besar. Dan, wisatawan bisa berkunjung ke Balitjestro tanpa mengganggu program penelitian tanaman yang dilakukan instansi tersebut," katanya.
Eddy mengatakan wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu rata-rata mencapai 4 juta per tahun itu tidak hanya menikmati wisata buatan dan wisata petik apel saja, tetapi juga bisa menikmati wisata petik jeruk yang dikembangkan Balitjestro.
"Kami yakin destinasi wisata petik jeruk di Balitjestro akan diminati wisatawan yang selama ini hanya fokus pada wisata buatan yang ada di Kota Batu," paparnya.
Kepala Balitjestro Kementerian Pertanian di Kota Batu, Jawa Timur Djoko Susilo Utomo, di Batu, Jumat, mengaku sudah cukup lama Balitjestro terbuka untuk masyarakat umum, bahkan menawarkan wisata petik jeruk di area Balitjestro dengan tiket hanya sebesar Rp25 ribu per orang.
"Dengan tiket seharga Rp25 ribu ini, pengunjung bisa menikmati tiga buah jeruk yang dipetik langsung dari pohonnya. Selain itu, pengunjung juga bisa membawa pulang buah jeruk yang dipetik sebanyak dua kilogram. Kalau pengunjung ingin berwisata petik jeruk ke Balitjestro setiap saat juga tidak ada masalah," kata Djoko.
Ia mengemukakan ada 242 varietas jeruk yang dihasilkan dari penelitian Balitjestro, baik yang sudah dilepas maupun belum. "Kami juga terbuka bagi mahasiswa yang ingin magang atau praktik kerja lapangan (PKL) sekaligus menggali ilmu melalui pelatihan," ujarnya.
Sedangkan untuk masyarakat Kota Batu, lanjutnya, Balitjestro sudah dua tahun terakhir ini memberikan bantuan bibit jeruk. "Harapan kami Kota Batu ini tidak hanya dikenal sebagai sentra buah apel saja, tapi juga jeruknya," urainya.
Sebelumnya Wali Kota Batu Eddy Rumpoko meminta Balitjestro bisa menjadi destinasi wisata alternatif di Kota Batu. Dengan demikian, Balitjestro tidak hanya melakukan penelitian, tapi juga difungsikan sebagai tempat wisata kebun atau lainnya karena potensinya cukup besar.
"Kami lihat potensi destinasi wisata kebun (petik jeruk) di Balitjestro ini sangat besar. Dan, wisatawan bisa berkunjung ke Balitjestro tanpa mengganggu program penelitian tanaman yang dilakukan instansi tersebut," katanya.
Eddy mengatakan wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu rata-rata mencapai 4 juta per tahun itu tidak hanya menikmati wisata buatan dan wisata petik apel saja, tetapi juga bisa menikmati wisata petik jeruk yang dikembangkan Balitjestro.
"Kami yakin destinasi wisata petik jeruk di Balitjestro akan diminati wisatawan yang selama ini hanya fokus pada wisata buatan yang ada di Kota Batu," paparnya.
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016
Tags: