Pembangunan "Jateng Park" dinilai penuhi studi kelayakan
4 Agustus 2016 21:41 WIB
Ilustrasi--Wisata Satwa TSI. Seekor singa melintas di antara mobil pengunjung di jalur wisata satwa liar Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Bogor, Jabar, Jumat (1/8). (ANTARA FOTO/Jafkhairi)
Semarang (ANTARA News) - Rencana pembangunan Taman Safari Jawa Tengah atau "Jateng Park" di kawasan Wana Wisata Penggaron, Desa Susukan, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang, dinyatakan memenuhi studi kelayakan oleh tim ahli.
"Dari aspek ekologi, kebutuhan wisata, ekonomi, dan sosial, seluruhnya mendukung rencana ini," kata Ketua tim ahli penyusun dokumen studi kelayakan dan rencana bisnis dari Universitas Diponegoro Bulan Prabawani di Semarang, Kamis.
Hal tersebut disampaikan Bulan usai memaparkan hasil kajian tim ahli terhadap rencana pembangunan "Jateng Park" di ruang rapat kantor Gubernur Jawa Tengah.
Ia menilai bahwa di Kota Semarang dan Kabupaten Semarang perlu ada suatu objek wisata yang bisa menjadi daya tarik masyarakat untuk berkunjung seperti "Jateng Park" yang selanjutnya disebut "Penggaron Ecotourism".
Ia menyebutkan bahwa konsep "Penggaron Ecotourism" akan dikembangkan menjadi tujuh bagian utama antara lain, restoran dan cenderamata, "theme park", "water park" dengan luas 35 hektare atau terbesar di Jawa), "eco safari", "eco lodge" yang berkonsep hotel bintang tiga, kolam retensi, dan kantor pengelola kawasan.
Menurut dia, nilai investasi "Penggaron Ecotourism" mencapai Rp1,8 triliun dan jika ditotal dengan seluruh pengembangan fisik serta sarana pendukungnya dibutuhkan Rp2,5 triliun.
Pendapatan per tahun diperkirakan mencapai Rp64 miliar dengan perincian, pendapatan terbesar diperoleh dari tiket yang mencapai Rp30 miliar, pendapatan parkir diperkirakan Rp623 juta, sedangkan masing-masing wahana rata-rata sebesar Rp5-10 miliar.
Dari segi tenaga kerja, "Penggaron Ecotourism" akan menyerap sekira 400 orang dan dari enam kepala desa di sekitar lokasi seluruhnya mendukung penuh rencana pembangunan.
Prosesi peletakan batu pertama pembangunan Taman Safari Jawa Tengah atau "Jateng Park" di kawasan Wana Wisata Penggaron, Desa Susukan, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang, dijadwalkan pada awal 2017.
"Dari aspek ekologi, kebutuhan wisata, ekonomi, dan sosial, seluruhnya mendukung rencana ini," kata Ketua tim ahli penyusun dokumen studi kelayakan dan rencana bisnis dari Universitas Diponegoro Bulan Prabawani di Semarang, Kamis.
Hal tersebut disampaikan Bulan usai memaparkan hasil kajian tim ahli terhadap rencana pembangunan "Jateng Park" di ruang rapat kantor Gubernur Jawa Tengah.
Ia menilai bahwa di Kota Semarang dan Kabupaten Semarang perlu ada suatu objek wisata yang bisa menjadi daya tarik masyarakat untuk berkunjung seperti "Jateng Park" yang selanjutnya disebut "Penggaron Ecotourism".
Ia menyebutkan bahwa konsep "Penggaron Ecotourism" akan dikembangkan menjadi tujuh bagian utama antara lain, restoran dan cenderamata, "theme park", "water park" dengan luas 35 hektare atau terbesar di Jawa), "eco safari", "eco lodge" yang berkonsep hotel bintang tiga, kolam retensi, dan kantor pengelola kawasan.
Menurut dia, nilai investasi "Penggaron Ecotourism" mencapai Rp1,8 triliun dan jika ditotal dengan seluruh pengembangan fisik serta sarana pendukungnya dibutuhkan Rp2,5 triliun.
Pendapatan per tahun diperkirakan mencapai Rp64 miliar dengan perincian, pendapatan terbesar diperoleh dari tiket yang mencapai Rp30 miliar, pendapatan parkir diperkirakan Rp623 juta, sedangkan masing-masing wahana rata-rata sebesar Rp5-10 miliar.
Dari segi tenaga kerja, "Penggaron Ecotourism" akan menyerap sekira 400 orang dan dari enam kepala desa di sekitar lokasi seluruhnya mendukung penuh rencana pembangunan.
Prosesi peletakan batu pertama pembangunan Taman Safari Jawa Tengah atau "Jateng Park" di kawasan Wana Wisata Penggaron, Desa Susukan, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang, dijadwalkan pada awal 2017.
Pewarta: Wisnu Adhi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: