Gorontalo (ANTARA News) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo mencatat sejak bulan April 2016, sudah 62 warganya terkena penyakit antraks kulit.

Penderita antraks kulit di Kabupaten Gorontalo terbanyak berada di Kecamatan Bongomeme, yakni ada di tiga desa.

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan di Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, Arfan Boludawa, Selasa mengatakan, warga yang terkena antraks kulit tersebar di enam kecamatan dan 10 desa di Kabupaten Gorontalo.

"Hal ini harus selalu kita waspadai, penanganan antraks telah kami lakukan dan hingga saat ini masih berlangsung," jelas Arfan.

Dia mengatakan, memang kasus antraks yang menimpa manusia sempat berhenti selama beberapa minggu, namun muncul kembali.

"Untuk penanganan antraks membutuhkan kerja sama masyarakat dengan pemerintah agar mata rantai penularan antraks dapat diatasi," ungkapnya.

Arfan mengungkapkan, kendala yang ada saat ini salah satunya, masyarakat yang memilih untuk memotong paksa sapi yang sakit, karena jika dimusnahkan akan merugikan mereka dari segi ekonomi.

"Sapi yang sakit dan dipotong paksa, akan menyebabkan penyebaran antraks, melalui darahnya dan menyebarkan spora antraks," kata Arfan lagi.

Dia mengimbau agar warga yang memiliki sapi sakit agar tidak dipotong paksa dan segera melaporkan kepada pihak yang berwenang.

Puluhan sapi dan kerbau di Kabupaten Gorontalo sejak bulan April yang lalu terserang bakteri antraks dan lima orang warga ikut terkena antraks kulit.

Pihak Pemerintah Kabupaten Gorontalo melalui Dinas kelauran Perikanan dan Peternakan (DKPP) bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo gencar melakukan vaksinasi ternak dan pengobatan.