Chicago (ANTARA News) - Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir naik pada Senin (Selasa pagi WIB), karena melemahnya pasar ekuitas AS memberikan dukungan terhadap logam mulia.

Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember naik 2,1 dolar AS atau 0,15 persen menjadi 1.359,60 dolar AS per ounce.

Emas mendapat dukungan karena indeks Dow Jones Industrial Average di Wall Street turun 38 poin atau 0,21 persen pada pukul 17.00 GMT.

Para analis mencatat bahwa ketika ekuitas membukukan kerugian maka logam mulia biasanya naik karena investor mencari tempat yang aman, sebaliknya logam mulia turun ketika ekuitas AS membukukan keuntungan.

Namun, logam mulia dicegah dari kenaikan lebih lanjut ketika indeks dolar AS naik 0,11 persen menjadi 95,70 pada pukul 17.00 GMT.

Indeks adalah ukuran dari dolar terhadap sekeranjang mata uang utama. Emas dan dolar biasanya bergerak berlawanan arah, yang berarti jika dolar naik maka emas berjangka akan jatuh karena emas yang diukur dengan dolar menjadi lebih mahal bagi investor.

Sebuah laporan yang dirilis oleh Institute for Supply Management (ISM) yang berbasis di AS pada Senin juga menempatkan tekanan pada emas, karena menunjukkan indeks manufaktur AS berada pada 52,6.

Para analis mencatat bahwa angka ini mencerminkan penarikan kesempatan kerja dan penundaan dalam waktu pengiriman, tetapi belum tentu pelemahan dalam permintaan.

Karena para pedagang terus mempertimbangkan potensi kenaikan suku bunga sebelum akhir 2016, para analis percaya Fed bermaksud untuk menyerap sekitar 2,5 triliun dolar AS dari kelebihan cadangan perbankan karena ekonomi AS mulai pulih.

Bank-bank menjadi lebih berani mengambil risiko dalam ekonomi yang "bullish", dan sebagai akibatnya berpotensi melepaskan beberapa kelebihan cadangan mereka, sehingga membanjiri ekonomi dengan uang tunai dan mendorong angka inflasi.

Perak untuk pengiriman September bertambah 15,3 sen, atau 0,75 persen, menjadi ditutup pada 20,5 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober naik 12,7 dolar AS, atau 1,10 persen, menjadi ditutup pada 1.163,30 dolar AS per ounce, demikian Xinhua melaporkan.

(A026)