Jakarta (ANTARA News) - Penulis novel "Pulang", Leila S. Chudori, melihat positif perkembangan sastra Indonesia saat ini.

"Sekarang penulis banyak banget, memang, karena ada blog, kemudian semua orang ingin menulis, that's okay. Malah jadi bagus, karena kita jadi bisa melihat bakat baru," kata dia, di Jakarta, Minggu.

"Memang jadi simpang siur, ada risiko, it's okay. Nanti pada saatnya kita bisa membedakan yang mana yang bagus yang mana yang enggak," sambung dia.

Mengenang saat pertama kali menulis karya sastra di majalah sastra Horison ketika di bangku SMA, Leila mengaku kesulitan membuat novel-nya diketahui banyak orang.

"Belum ada sosmed, belum ada internet. Jadi, sastra di masa pertama kali saya menulis itu segmented sekali, kecuali kalau dimuat di Kompas Minggu, tapi kalau mengirim ke Horizon hanya sedikit yang tahu," ujar Leila.

"...jadi betul-betul yang namanya launching buku itu belum se-heboh yang sekarang, paling yang datang cuma teman-teman sendiri," lanjut dia.

Bahkan, dia menyebut kondisi pada saat itu "agak menyedihkan". Pasalnya, dia kesulitan untuk memasarkan karya sastranya. "Dulu mungkin satu buku hanya dicetak seribu, dua ribu," kata Leila.

Lebih lanjut, adanya internet, menurut wartawan Tempo yang mengaku sudah mulai menulis sejak SD tersebut, sangat membantu perkembangan sastra di Indonesia.

"Saya rasa adanya internet ini membuat orang sadar bahwa membaca itu adalah sebuah kebutuhan. Orang mulai melihat bahwa membaca buku yang baru pertama kali keluar itu cool untuk anak-anak muda," ujar dia.

"Dari segi marketing jadi jauh lebih membantu dengan adanya internet, kemudian jadi bisa macam-macam, ada yang namanya Twitter, Facebook," tambah dia.