Medan, Sumatera Utara (ANTARA News) - Polisi mendata rumah ibadah umat Budha di Kota Tanjungbalai yang rusak akibat kerusuhan berbau SARA Jumat malam kemarin.

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Rina Sari Ginting mengatakan, awalnya massa mendatangi rumah Meliana, warga Jalan Karya yang memprotes penggunaan pengeras suara untuk azan dan ini dianggap sebagai awal kerusuhan.

Massa yang emosi berencana membakar rumah warga Tionghoa ini namun dilarang dan dihalangi oleh warga sekitar. Namun karena semakin banyak dan semakin emosi, massa bergerak ke Vihara Juanda yang berjarak sekitar 500 meter dari Jalan Karya.

Setelah upaya membakar rumah ibadah dihadang personel Polres Tanjungbalai. massa melampiaskan emosi dengan melempari wihara itu.

Selanjutnya massa bergerak merusak satu wihara lainnya dan tiga klenteng di kawasan Pantai Amor Tanjungbalai, selain merusak tiga unit mobil, tiga sepeda motor, dan satu becak bermotor di sekitar wihara ini.

Setelah itu, massa merusak barang-barang di dalam klenteng di Jalan Sudirman, klenteng di Jalan Hamdoko, dan tempat praktik pengobatan Tionghoa di daerah ini. Kemudian, massa merusak barang-barang di dalam klenteng di Jalan KS Tubun dan bangunan milik Yayasan Putra Esa di Jalan Nuri.

Gerombolan orang juga merusak barang-barang di sebuah wihara di Jalan Imam Bonjol, merusak bangunan yayasan sosial di Jalan WR Supratman, merusak pagar wihara di Jalan Ahmad Yani, dan membakar barang-barang dalam klenteng di Jalan Ade Irma.

Berdasarkan pendataan, barang-barang yang dirusak terdiri dari peralatan sembahyang seperti dupa, gaharu, lilin, minyak, dan kertas yang ada dalam vihara dan klenteng. Kemudian meja, kursi, lampu, lampion, patung Budha, dan gong di dalam rumah ibadah ini.

Polisi telah mengendalikan situasi di Tanjungbalai dan berkoordinasi dengan pemerintah, tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk menciptakan keamanan, selain mengimbau warga untuk tetap tenang sambil menempatkan personel di seluruh rumah ibadah umat Budha di Tanjungbalai untuk mencegah kerusuhan susulan.