Tidak ada jaminan bulutangkis China berjaya di Olimpiade Rio
27 Juli 2016 05:18 WIB
Ilustrasi--Ekspresi pebulu tangkis tunggal putra China Cheng Long mengembalikan kok ke arah lawannya pebulu tangkis Korsel Son Wan Ho pada pertandingan perempat final Piala Thomas 2016 di Kunshan Sport Center Gymnasium, Tiongkok, Kamis (19/5/2016). (ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo)
Melbourne (ANTARA News) - Dunia bulutangkis akan berharap lebih banyak keseruan dan kebangkitan Eropa dapat menyuntikkan lebih banyak gairah di Olimpiade Rio de Janiero, dan membantu menghapus kenangan buruk di turnamen yang diwarnai skandal di London di mana China menyapu bersih semua gelar.
Cabang olahraga (cabor) dengan menggunakan raket itu didera skandal Olimpiade terhebat di London, di mana empat pasangan ganda putri didiskualifikasi karena sengaja berusaha untuk kalah pada pertandingan-pertandingan grup untuk mengamankan undian yang lebih menguntungkan di fase gugur.
Skandal tersebut, yang melibatkan China dan dua negara papan atas Asia lainnya, memicu perubahan format Olimpiade untuk memastikan kejadian di Wembley Arena tidak terulang, di mana para penonton mencemooh dan mencela para pebulutangkis ketika pukulan para atlet berulang-ulang mengenai net.
Jika memungkinkan untuk meraih kejayaan dalam satu turnamen, China melakukannya ketika mereka mengatasi masalah diskualifikasi terhadap pasangan putri juara dunia mereka Yu Yang dan Wang Xiaoli untuk memenangi lima medali emas.
Secara keseluruhan, China memenangi delapan dari 15 medali yang ditawarkan, lebih banyak enam medali daripada Denmark yang menduduki urutan kedua.
Di Riocentro, seluruh pebulutangkis China baik kategori tunggal maupun ganda dapat dengan mudah menduduki posisi di podium, namun hari-hari saat para atlet mereka yang identik dengan kaus merah dapat memastikan raihan medali emas mungkin kali ini sulit diulangi.
Kini tiap-tiap negara dibatasi hanya dapat mengirimkan dua wakil pada masing-masing ajang, turun dari tiga wakil dari Olimpiade London dan Olimpiade-Olimpiade sebelumnya, langkah yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing kompetisi.
Perubahan peraturan bertepatan dengan kebangkitan Eropa yang telah membangkitkan harapan munculnya turnamen yang lebih seru.
Mengakhiri dominasi panjang China, pebulutangkis putri peringkat satu saat ini dikuasai oleh atlet Spanyol yang merupakan juara dunia Carolina Marin, sedangkan pasangan Denmark Viktor Axelsen dan Jan Jorgensen memuncaki lima besar kategori putra.
Para penggemar masih akan tergiur dengan prospek pertemuan sengit lain di Olimpiade antara juara China Lin Dan dan pebulutangkis peringkat satu Malaysia Lee Chong Wei di kategori putra.
Lin, yang sepadan dengan Roger Federer di cabor tenis, mengalahkan Lee pada kedua pertarungan perebutan medali emas di Beijing dan London, namun rival abadi asal Malaysianya itu telah menemukan bentuk permainan terbaik di saat yang tepat. Demikian laporan Reuters.
(Uu.H-RF/A020)
Cabang olahraga (cabor) dengan menggunakan raket itu didera skandal Olimpiade terhebat di London, di mana empat pasangan ganda putri didiskualifikasi karena sengaja berusaha untuk kalah pada pertandingan-pertandingan grup untuk mengamankan undian yang lebih menguntungkan di fase gugur.
Skandal tersebut, yang melibatkan China dan dua negara papan atas Asia lainnya, memicu perubahan format Olimpiade untuk memastikan kejadian di Wembley Arena tidak terulang, di mana para penonton mencemooh dan mencela para pebulutangkis ketika pukulan para atlet berulang-ulang mengenai net.
Jika memungkinkan untuk meraih kejayaan dalam satu turnamen, China melakukannya ketika mereka mengatasi masalah diskualifikasi terhadap pasangan putri juara dunia mereka Yu Yang dan Wang Xiaoli untuk memenangi lima medali emas.
Secara keseluruhan, China memenangi delapan dari 15 medali yang ditawarkan, lebih banyak enam medali daripada Denmark yang menduduki urutan kedua.
Di Riocentro, seluruh pebulutangkis China baik kategori tunggal maupun ganda dapat dengan mudah menduduki posisi di podium, namun hari-hari saat para atlet mereka yang identik dengan kaus merah dapat memastikan raihan medali emas mungkin kali ini sulit diulangi.
Kini tiap-tiap negara dibatasi hanya dapat mengirimkan dua wakil pada masing-masing ajang, turun dari tiga wakil dari Olimpiade London dan Olimpiade-Olimpiade sebelumnya, langkah yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing kompetisi.
Perubahan peraturan bertepatan dengan kebangkitan Eropa yang telah membangkitkan harapan munculnya turnamen yang lebih seru.
Mengakhiri dominasi panjang China, pebulutangkis putri peringkat satu saat ini dikuasai oleh atlet Spanyol yang merupakan juara dunia Carolina Marin, sedangkan pasangan Denmark Viktor Axelsen dan Jan Jorgensen memuncaki lima besar kategori putra.
Para penggemar masih akan tergiur dengan prospek pertemuan sengit lain di Olimpiade antara juara China Lin Dan dan pebulutangkis peringkat satu Malaysia Lee Chong Wei di kategori putra.
Lin, yang sepadan dengan Roger Federer di cabor tenis, mengalahkan Lee pada kedua pertarungan perebutan medali emas di Beijing dan London, namun rival abadi asal Malaysianya itu telah menemukan bentuk permainan terbaik di saat yang tepat. Demikian laporan Reuters.
(Uu.H-RF/A020)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: