Menkopolhukam: peredaran narkoba rugikan negara
25 Juli 2016 19:52 WIB
Peringatan Hari Anti Narkoba Internasional. Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Ibu Negara Iriana Widodo (kanan), bersama Menkopolhukam Luhut Binsar Pandjaitan (kedua kiri), dan Kepala BNN Komjen Budi Waseso (kiri) bertepuk tangan dalam peringatan Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) di Jalan Cengkeh, Jakarta, Minggu (26/6/2016). Presiden menegaskan kejahatan narkoba merupakan kejahatan luar biasa yang harus diperangi semua elemen masyarakat dan ditindak tegas aparat hukum. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
Medan (ANTARA News) - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, saat ini peredaran narkoba bukan hanya merugikan kalangan generasi muda, dan mahasiswa, tetapi juga negara Indonesia.
"Pemerintah tetap komit mencegah peredaran penyelundupan obat-obat berbahaya itu masuk ke Indonesia," ujar Luhut dalam ceramah umum di Gelanggang Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, Senin.
Peredaran narkoba dan teroris di Tanah Air, menurut dia, memang sama-sama berbahaya terhadap negara.
"Namun, yang paling berbahaya adalah peredaran narkoba, karena dapat menghacurkan mental para pelajar sebagai calon-calon pemimpin bangsa dan negara," ujar Luhut.
Ia menyebutkan, saat ini diperkirakan hampir mencapai 5,9 juta penduduk Indonesia ketergantungan dengan narkoba, dan hal itu akan terus bertambah banyak kalau terus dibiarkan.
Oleh karena itu, pemerintah melalui Polri, dan Badan Narkotika Nasional (BNN) terus melakukan penertiban terhadap peredaran barang haram tersebut.
Bahkan, dalam setiap harinya sebanyak 40 orang yang meninggal karena narkoba di Indonesia.
Selain itu, hampir 70 persen narkoba yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia itu diperjualbelikan secara bebas oleh pengedar, dan kegiatan seperti itu tidak boleh dibiarkan.
"Kalau terus didiamkan, dikhawatirkan akan lebih banyak merusak moral para pelajar dan remaja, serta harus secepatnya dihentikan peredaran narkoba tersebut," ucapnya.
Luhut mengharapkan, USUdapat menjalin kerja sama dengan BNN dan Polri melakukan tes narkoba terhadap mahasiswa untuk mengetahui kemungkinan calon-calon intelektual muda itu pemakai narkoba.
"USU harus dapat menciptakan mahasiswanya tidak terlibat narkoba, sesuai dengan program pemerintah, dan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi" kata Menkopolhukam.
"Pemerintah tetap komit mencegah peredaran penyelundupan obat-obat berbahaya itu masuk ke Indonesia," ujar Luhut dalam ceramah umum di Gelanggang Mahasiswa Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, Senin.
Peredaran narkoba dan teroris di Tanah Air, menurut dia, memang sama-sama berbahaya terhadap negara.
"Namun, yang paling berbahaya adalah peredaran narkoba, karena dapat menghacurkan mental para pelajar sebagai calon-calon pemimpin bangsa dan negara," ujar Luhut.
Ia menyebutkan, saat ini diperkirakan hampir mencapai 5,9 juta penduduk Indonesia ketergantungan dengan narkoba, dan hal itu akan terus bertambah banyak kalau terus dibiarkan.
Oleh karena itu, pemerintah melalui Polri, dan Badan Narkotika Nasional (BNN) terus melakukan penertiban terhadap peredaran barang haram tersebut.
Bahkan, dalam setiap harinya sebanyak 40 orang yang meninggal karena narkoba di Indonesia.
Selain itu, hampir 70 persen narkoba yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia itu diperjualbelikan secara bebas oleh pengedar, dan kegiatan seperti itu tidak boleh dibiarkan.
"Kalau terus didiamkan, dikhawatirkan akan lebih banyak merusak moral para pelajar dan remaja, serta harus secepatnya dihentikan peredaran narkoba tersebut," ucapnya.
Luhut mengharapkan, USUdapat menjalin kerja sama dengan BNN dan Polri melakukan tes narkoba terhadap mahasiswa untuk mengetahui kemungkinan calon-calon intelektual muda itu pemakai narkoba.
"USU harus dapat menciptakan mahasiswanya tidak terlibat narkoba, sesuai dengan program pemerintah, dan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi" kata Menkopolhukam.
Pewarta: Munawar Mandailing
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016
Tags: