Rupiah senin pagi bergerak melemah menjadi Rp13.126
25 Juli 2016 10:45 WIB
Rupiah Menguat Teller Bank Mandiri menghitung uang pecahan dolar Amerika di Jakarta, Selasa (10/6). Nilait tukar rupiah atas dolar Amerika pada penutupan hari ini menguat pada posisi Rp 13.308 dibandingkan pada penutupan sebelumnya Rp Rp 13.385 per dolar AS. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari) ()
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi, bergerak melemah sebesar 26 poin menjadi Rp13.126 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.100 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Senin mengatakan bahwa potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS kembali terbuka menjelang rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini.
"Walaupun peluang kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat minim, namun spekulasi kenaikan tetap akan ada menjelang rapat FOMC. Hal itu biasanya akan mendorong permintaan dolar AS yang lebih kuat sehingga mempengaruhi pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, tekanan pelemahan terhadap rupiah diproyeksikan hanya dalam jangka pendek. Pasca rapat FOMC itu, fokus akan kembali ke realisasi amnesti pajak dan rilis inflasi Juli 2016 pada awal Agustus nanti.
"Jadi di tengah investor yang menunggu sentimen dari dalam negeri itu, faktor global akan mengambil perhatian lebih," katanya.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa rilis Bank Indonesia yang memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga di level 6,5 persen tidak banyak direspon pelaku pasar sehingga membuat laju rupiah tertekan.
Ditambah belum adanya sentimen yang cukup positif adari dalam negeri membuat pergerakan rupiah cenderung terkonsolidasi dengen kecenderungan melemah sementara," katanya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Senin mengatakan bahwa potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS kembali terbuka menjelang rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini.
"Walaupun peluang kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat minim, namun spekulasi kenaikan tetap akan ada menjelang rapat FOMC. Hal itu biasanya akan mendorong permintaan dolar AS yang lebih kuat sehingga mempengaruhi pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia," katanya.
Kendati demikian, menurut dia, tekanan pelemahan terhadap rupiah diproyeksikan hanya dalam jangka pendek. Pasca rapat FOMC itu, fokus akan kembali ke realisasi amnesti pajak dan rilis inflasi Juli 2016 pada awal Agustus nanti.
"Jadi di tengah investor yang menunggu sentimen dari dalam negeri itu, faktor global akan mengambil perhatian lebih," katanya.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa rilis Bank Indonesia yang memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga di level 6,5 persen tidak banyak direspon pelaku pasar sehingga membuat laju rupiah tertekan.
Ditambah belum adanya sentimen yang cukup positif adari dalam negeri membuat pergerakan rupiah cenderung terkonsolidasi dengen kecenderungan melemah sementara," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016
Tags: