Presiden: 15 tahun ke depan masa transisi
24 Juli 2016 23:54 WIB
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan pada acara Silaturahmi Nasional Pendukung Jokowi 2016 di Jakarta, Minggu (24/7/2016). Acara yang diselenggarakan seluruh pendukung jokowi tersebut mengambil tema Meneguhkan Nawacita Bersatu Mendukung Penuh Kerja Presiden Rakyat. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo menyatakan, 15 tahun ke depan atau hingga 2030 merupakan masa transisi bagi Indonesia untuk lepas landas menuju negara maju.
"Momentum ini hanya 15 tahun ke depan, kalau kita tidak bisa memanfaatkan maka kita hanya akan tinggal di landasan saja," kata Presiden Jokowi dalam silaturahim dengan para pendukung dan relawan di Jakarta, Minggu malam.
Ia menyebutkan, pemerintah saat ini terus melakukan langkah terobosan agar betul-betul dapat lepas landas sesuai harapan.
"Kita punya kesempatan hingga 2030, kalau kita mau kita bisa tinggal landas," kata Presiden.
Ia menyebutkan, hampir dua tahun dirinya menjadi Presiden RI dan pada saat yang sama hampir semua negara menghadapi tekanan ekonomi.
"Ada yang bisa bertahan, ada yang kepala negaranya jatuh, ada yang negaranya jatuh karena ekonominya jatuh, hampir semua negara mengalaminya, tidak ada yang bisa lolos dari tekanan itu," katanya.
Ia bersyukur Indonesia bisa bertahan dengan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan bertahan pada angka lima persen.
"Semoga semester ini menjadi titik balik untuk naiknya kembali perekonomian kita," katanya.
Ia menyebutkan, sejumlah langkah terus diambil, yaitu deregulasi ekonomi, percepatan pembangunan infrastruktur dan reformasi bidang hukum.
"Deregulasi untuk menyelesaikan kerumitan dalam pengambilan keputusan terus kita lakukan. Sehingga kita dapat mengambil keputusan dengan efisien dan cepat," katanya.
Terkait percepatan pembangunan infrastruktur, Presiden meminta agar tidak ada yang main-main dalam pembebasan tanah.
"Laporkan, beritahu ke saya, detik itu juga akan saya tindaklanjuti, saya pastikan. Saya tidak mau jalan tol 20 tahun mangkrak terus," katanya.
Ia juga meminta agar deregulasi dilanjutkan di tingkat daerah, tidak hanya di pusat saja.
Terkait dengan reformasi hukum, Presiden menyatakan semua harus diperbaiki secara total. "Rakyat harus tahu bawah hukum untuk mereka, bukan untuk orang berduit saja," katanya.
"Momentum ini hanya 15 tahun ke depan, kalau kita tidak bisa memanfaatkan maka kita hanya akan tinggal di landasan saja," kata Presiden Jokowi dalam silaturahim dengan para pendukung dan relawan di Jakarta, Minggu malam.
Ia menyebutkan, pemerintah saat ini terus melakukan langkah terobosan agar betul-betul dapat lepas landas sesuai harapan.
"Kita punya kesempatan hingga 2030, kalau kita mau kita bisa tinggal landas," kata Presiden.
Ia menyebutkan, hampir dua tahun dirinya menjadi Presiden RI dan pada saat yang sama hampir semua negara menghadapi tekanan ekonomi.
"Ada yang bisa bertahan, ada yang kepala negaranya jatuh, ada yang negaranya jatuh karena ekonominya jatuh, hampir semua negara mengalaminya, tidak ada yang bisa lolos dari tekanan itu," katanya.
Ia bersyukur Indonesia bisa bertahan dengan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan bertahan pada angka lima persen.
"Semoga semester ini menjadi titik balik untuk naiknya kembali perekonomian kita," katanya.
Ia menyebutkan, sejumlah langkah terus diambil, yaitu deregulasi ekonomi, percepatan pembangunan infrastruktur dan reformasi bidang hukum.
"Deregulasi untuk menyelesaikan kerumitan dalam pengambilan keputusan terus kita lakukan. Sehingga kita dapat mengambil keputusan dengan efisien dan cepat," katanya.
Terkait percepatan pembangunan infrastruktur, Presiden meminta agar tidak ada yang main-main dalam pembebasan tanah.
"Laporkan, beritahu ke saya, detik itu juga akan saya tindaklanjuti, saya pastikan. Saya tidak mau jalan tol 20 tahun mangkrak terus," katanya.
Ia juga meminta agar deregulasi dilanjutkan di tingkat daerah, tidak hanya di pusat saja.
Terkait dengan reformasi hukum, Presiden menyatakan semua harus diperbaiki secara total. "Rakyat harus tahu bawah hukum untuk mereka, bukan untuk orang berduit saja," katanya.
Pewarta: Agus Salim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: