Jakarta (ANTARA News) - Tak punya modal bukan halangan bagi Faishal Arifin untuk merintis usaha.

Berbekal kliping gambar perhiasan yang ia gunting dari majalah-majalah bekas, kini Faishal menjadi pemilik badan usaha CV Silver 999 yang punya omset Rp350 juta per bulan. Ia adalah penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2015 bidang UMKM.

"Saya tidak pernah bekerja (jadi karyawan), melamar tidak pernah diterima," katanya dalam pembukaan Astra Start-Up Challenge di Jakarta, Kamis.

Faishal pernah jadi penjual mie pangsit keliling, ayam bakar keliling dan peternak ayam kampung. Ia lalu memutuskan merantau ke Kalimantan Selatan untuk mencari pekerjaan. Gagal lagi. Akhirnya ia mencoba belajar membuat perhiasan dari warga setempat.

Sekembalinya ke Malang, Faishal ingin mempraktikkan ilmu yang dipelajarinya dari pulau seberang. Tanpa alat, tanpa modal, tanpa ada perhiasan yang dijual, hanya ada rasa nekat.

Tujuh tahun lalu, kliping dari majalah bekas dia susun menjadi katalog perhiasan. Faishal masuk ke kantor-kantor di Malang untuk menawarkan jasa membuat perhiasan.

Calon pembeli kebingungan menghadapi penjual perhiasan yang tidak membawa apa-apa selain katalog. Untuk meyakinkan bahwa dirinya tidak punya niat menipu, Faishal sampai memperlihatkan alamatnya di KTP pada calon pembeli.

"Akhirnya orang pesan, tapi saya minta DP, nah uang DP itu untuk modal pertama," kata Faishal.

Modal sudah didapat, kini dia memutar otak untuk mencari rekanan yang bisa membuat perhiasan. Seorang kenalan yang punya alat membuat perhiasan ia datangi.

"Saya lobi untuk sewa alatnya," ujar Faishal yang tak pernah sekalipun meminjam uang pada bank karena ingin mengandalkan kemampuan sendiri.

Pembeli rupanya puas dengan perhiasan buatan Faishal. Promosi dari mulut ke mulut kian gencar. Pesanan semakin banyak, namun alat pembuat perhiasan belum dipunyainya. Faishal punya solusi.

"Orang yang saya sewa alatnya itu akhirnya jadi karyawan pertama saya," katanya.

Seiring perkembangan bisnisnya, Faishal kerap mengikuti pameran untuk bertemu buyer dan importir. Ia sudah bekerjasama dengan negara-negara seperti Brunei dan Ethiopia.

Kini, yang dipikirkan Faishal bukan menambah pundi-pundi uang, tetapi menyejahterakan masyarakat yang ia bina agar punya keahlian di bidang kerajinan perhiasan.

Ia telah membina 36 kelompok, setiap kelompok berisi 2-30 orang, termasuk mantan TKI yang sempat dipenjara di Malaysia.

"Target saya sosial, saya tidak mau kaya, tapi ingin memberi untuk orang lain," pungkas dia.