Korban vaksin palsu Harapan Bunda unjuk rasa hari ini
17 Juli 2016 10:32 WIB
Keluarga korban vaksin palsu RS Harapan Bunda, Jakarta Timur, menunggu di posko pengaduan yang disediakan pihak RS pada Minggu (17/7/2016). (ANTARA News/Gilang Galiartha)
Jakarta (ANTARA News) - Para orang tua korban vaksin palsu di Rumah Sakit Harapan Bunda Ciracas, Jakarta Timur, akan berunjuk rasa hari ini sebagai buah ketidakpuasan terhadap pihak rumah sakit.
"Dua kali konferensi pers tapi mentah. Kami tidak mendapat kejelasan apa-apa. Hari ini kami berencana demo," kata Sekretaris Aliansi Korban Vaksin Palsu RS Harapan Bunda Herlin Ika dihubungi ANTARA News di Jakarta, Minggu.
Dalam unjuk rasa tersebut, para orang tua korban akan menuntut tanggung jawab pihak rumah sakit terhadap anak-anak mereka yang telah menjadi korban.
Salah satunya adalah jaminan terhadap kondisi kesehatan anak-anak yang pernah divaksin di RS tersebut hingga usia dewasa.
"Kami juga mau minta kejelasan, sejak kapan mereka menggunakan vaksin palsu untuk diberikan ke pasien. Itu penting sekali, karena mereka belum membuka data itu," ungkap Herlin.
Alih-alih ingin berunjuk rasa, Herlin yang sudah datang sejak pagi di RS tersebut justru mendapati ruangan aula, sekretariat Aliansi Korban Vaksin Palsu RS Harapan Bunda, justru dalam keadaan terkunci.
"Saya dari pagi di sini, mau ke sekretariat tapi kok malah dikunci dari depan. Saya sedang berkoordinasi dengan orang tua lain," ungkapnya.
Diketahui, Aliansi Korban Vaksin Palsu RS Harapan Bunda dibentuk dengan dukungan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (LBHI).
Seluruh anggota dan pengurus aliansi tersebut merupakan keluarga korban vaksin palsu di RS Harapan Bunda. Hingga saat ini, sekitar 200 orang terdaftar dalam keanggotaan.
Aliansi mendata seluruh korban vaksin palsu, mulai dari nama anak, tahun lahir, tahun diberikan vaksin dan jenis vaksin yang diberikan.
"Dua kali konferensi pers tapi mentah. Kami tidak mendapat kejelasan apa-apa. Hari ini kami berencana demo," kata Sekretaris Aliansi Korban Vaksin Palsu RS Harapan Bunda Herlin Ika dihubungi ANTARA News di Jakarta, Minggu.
Dalam unjuk rasa tersebut, para orang tua korban akan menuntut tanggung jawab pihak rumah sakit terhadap anak-anak mereka yang telah menjadi korban.
Salah satunya adalah jaminan terhadap kondisi kesehatan anak-anak yang pernah divaksin di RS tersebut hingga usia dewasa.
"Kami juga mau minta kejelasan, sejak kapan mereka menggunakan vaksin palsu untuk diberikan ke pasien. Itu penting sekali, karena mereka belum membuka data itu," ungkap Herlin.
Alih-alih ingin berunjuk rasa, Herlin yang sudah datang sejak pagi di RS tersebut justru mendapati ruangan aula, sekretariat Aliansi Korban Vaksin Palsu RS Harapan Bunda, justru dalam keadaan terkunci.
"Saya dari pagi di sini, mau ke sekretariat tapi kok malah dikunci dari depan. Saya sedang berkoordinasi dengan orang tua lain," ungkapnya.
Diketahui, Aliansi Korban Vaksin Palsu RS Harapan Bunda dibentuk dengan dukungan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (LBHI).
Seluruh anggota dan pengurus aliansi tersebut merupakan keluarga korban vaksin palsu di RS Harapan Bunda. Hingga saat ini, sekitar 200 orang terdaftar dalam keanggotaan.
Aliansi mendata seluruh korban vaksin palsu, mulai dari nama anak, tahun lahir, tahun diberikan vaksin dan jenis vaksin yang diberikan.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2016
Tags: