Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat pagi, bergerak melemah 16 poin menjadi Rp13.069 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.053 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa nilai tukar rupiah yang sudah menguat lebih cepat dibandingkan kurs di kawasan Asia, serta Bank Indonesia yang kembali menekankan ketidakinginan penguatan terlalu cepat menjadi salah satu faktor penahan laju mata uang domestik.

"Kondisi itu membuat pergerakan rupiah sedikit menurun dan ruang penguatan rupiah terhadap dolar AS akan menjadi terbatas dalam jangka pendek," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, tekanan juga datang dari data Tiongkok. Pelaku pasar sedang fokus mencermati angka produk domestik bruto (PDB) Tiongkok pada hari ini (15/7) yang diperkirakan kembali melambat sehingga bisa memberikan efek negatif.

Kendati demikian, lanjut dia, sentimen mengenai harga minyak mentah yang relatif stabil masih akan memberikan sentimen positif terhadap rupiah, dengan demikian, koreksi mata uang domestik juga relatif terbatas.

Analis Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa sentimen dari dalam negeri mengenai tax amnesty masih akan menjaga fluktuasi rupiah untuk tidak tertekan lebih dalam.

Menurut dia, kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) oleh pemerintah meningkatkan harapan ekonomi Indonesia akan tumbuh sesuai target, yakni di atas 5,0 persen.

"Dana repatriasi akan masuk ke dalam negeri karena kebijakan pemerintah itu, dana yang masuk itu nantinya dapat digunakan untuk mendukung pengembangan infrastruktur yang akhirnya berdampak pada perekonomian domestik," katanya.