Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Rabithah Alawiyah, Habib Zen bin Smith menyatakan, keturunan Rasulullah Muhammad SAW mempunyai tugas dan kewajiban yang lebih banyak dan berat karena harus melayani masyarakat.
“Cucu dan keturunan Rasul Muhammad SAW seharusnya mempunyai kewajiban yang lebih banyak dan berat, karena harus melayani masyarakat. Ini yang harus kita junjung tinggi,” kata Habib Zen saat berkunjung ke Kemenag, Jakarta, Kamis (14/7).
“Kita tidak boleh mengatakan kita ini, itu. Jadi mohon maaf, jika ada habib yang minta dilayani, itu bukan habib,” tegasnya seperti dikutip laman Kemenag.
Habib Zen, didampingi Habib M Ghozi Alaidrus, Habib Nabiel Almusawwa dan Habib Husin Alatas diterima Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di ruang kerjanya. Silaturahim ini sekaligus untuk mengundang Menag pada Muktamar Rabithah Alawiyah Indonesia yang sedianya akan berlangsung 6 -8 Agustus mendatang di Jakarta.
Habib Zen menjelaskan bahwa Rabithah Alawiyah adalah induk dari organisasi-organisasi seluruh habaib di Indonesia, termasuk Majelis Rasulullah, Nurul Mustafa, Front Pembela Islam (FPI), dan lain sebagainya.
“Jika ada seorang habib bilang, saya adalah habib, maka kita beri nasehat, bahwa yang paling utama itu adalah yang paling taqwa. Jangan lupa, di Indonesia ini, banyak auliya’ di NU banyak, di Muhammadiyah pun banyak. Kita tidak boleh mengatakan kita itu ini, kalau ada yang membungkuk, kita harus lebih membungkuk,” tambah Habib Zen.
Habib Zen menyatakan, Nasab Rasul, bukan untuk dihormati atau membuat kasta atau ras, namun semata untuk merunut hubungan saja. Karena pada dasarnya, telah terjadi asimilasi kaffah dengan masyarakat.
Dalam kesempatan tersebut, Habib Zen menceritakan secara ringkas dan jelas sejarah para habaib (keturunan Rasulullah) yang hijrah ke Indonesia. Sebagian langsung dari Yaman, ada pula yang dari Yaman, singgah dulu di India (Gujarat) lalu kemudian ke Indonesia.
“Di Rabithah, ada satu bidang yang namanya Bidang Nasab. Untuk mempelajari dan mengetahui nasab, untuk melihat bagaimana runut hubungannya. Dan menurut beberapa sumber, buku atau data nasab yang kami miliki, adalah yang paling lengkap di dunia, hingga banyak para habaib dari berbagai negara seperti Maroko, Oman, Malaysia, Saudi dan lain sebagainya meminta buku tersebut. Bahkan kami punya data yang bisa dipertanggungjawabkan tentang nama-nama asli (Arab) Walisongo,” Imbuh Habib Zen.
Dalam kesempatan itu, Habib Zen juga menerangkan perjalanan para Dzurriyah Rasul yang juga sempat bermukim di Indo China dan China. “Jika ada yang menyatakan, bahwa Walisongo itu keturunan China, mari kita bahas secara ilmiah, melalui kajian akademis. Kami mempunyai data lengkap bahwa beliau-beliau ini adalah dzuriyyah, termasuk yang berada di Champa (Kamboja), jadi bukan penduduk Champa asli,” tambah Habib Zen.
Kepada Menag, Habib Zen memberikan buku Thariqah Alawiyah. Menurutnya, ada lima pilar yang diajarkan dalam Thariqah Alawiyah, yaitu: ilmu, amal, ikhlas, wira’I (hati-hati), dan taqwa. “Jika 5 pilar ini dijalankan, Insya Allah bisa baik, baik dalam bernegara, baik dalam berniaga, baik dalam berdakwah, dan lain sebagainya,” terang Habib Zen
Thariqah Alawiyah adalah Thariqah yang melakukan dakwah dengan pendekatan akhlak dan menjunjung tinggi Islam rahmantan lil alamin. Rabithah Alawiyah mempunyai 61 cabang dari Aceh hingga Maluku dan kini konsen pada bidang dakwah, pendidikan baik agama maupun umum dan pemberdayaan ekonomi kecil
Menag Lukman menyambut baik kehadiran Rabithah dan menegaskan kesiapan Kemenag untuk menjalin kerja sama. Menag mengapresiasi program dan kegiatan Rabithah, terlebih dalam menjaga dan mengembangkan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin yang sesuai karakteristik Indonesia. “Kami, di Kemenag, siap bekerja sama, utamanya dalam mensyiarkan Islam,” kata Menag.
Ketum Rabithah Alawiyah: habib harus melayani
15 Juli 2016 06:19 WIB
Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin (ANTARA FOTO/Moch Asim)
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2016
Tags: