Jakarta (ANTARA News) - Anggota DPR Komisi XI Fraksi PDIP Hendrawan Supratikno mempertanyakan besarnya rentang asumsi pertumbuhan ekonomi RAPBN 2017 yang diajukan oleh pemerintah sebesar 5,3-5,9 persen.

"Rentang yang terlalu besar itu meaningless (tidak ada artinya). Pasar akan menilai pemerintah seperti menggantungkan suatu pekerjaan besar pada nasib baik," ujar Hendrawan saat rapat kerja dengan pemerintah di Jakarta, Kamis.

Dalam asumsi dasar ekonomi makro di RAPBN 2017, pemerintah mengajukan asumsi pertumbuhan ekonomi 5,3-5,9 persen, sementara Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 5,2-5,6 persen.

Menurut Hendrawan, pemerintah sebaiknya lebih mempersempit rentang asumsi pertumbuhan ekonomi agar tidak terkesan mengharapkan adanya semacam keajaiban yang dapat membuat ekonomi Indonesia membaik pada tahun depan.

Untuk 2016 ini saja, target pertumbuhan ekonomi pemerintah dalam APBNP 2016 yakni sebesar 5,2 persen. Pada 2017 mendatang, Hendrawan memperkirakan dinamika pertumbuhan ekonomi global akan relatif sama dengan tahun ini, sehingga pemerintah diharapkan juga lebih realistis dalam menentukan asumsi makro.

"Ekonomi global tidak akan berikan kejutan kepada kita seperti menang lotre. Oleh karena itu, kita ingin buat APBN yang betul-betul kredibel," ujarnya.

Sebelumnya, IMF dan Bank Dunia masing-masing merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia pada 2017 mendatang. IMF merevisi pertumbuhan ekonomi dunia dari 3,8 persen menjadi 3,6 persen, sedangkan Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun depan mencapai 3,2 persen.