Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) memasang asumsi nilai tukar rupiah pada 2017 berada di rentang Rp13.300-13.600 per dolar AS, lebih optimistis dari pemerintah yang mengasumsikan rentang Rp13.650-Rp13.900 per dolar AS.

"Undang-undang Pengampunan Pajak akan meningkatkan pasokan valuta asing ke dalam negeri, sehingga akan positif terhadap nilai tukar rupiah. Selain itu, reformasi struktural, dan aliran investasi akan turut memperkuat rupiah," kata Gubernur BI Agus Martowardojo dalam rapat kerja Kerangka Ekonomi dan Asumsi Makro Rancangan APBN 2017 di Komisi XI DPR, Jakarta, Kamis.

Agus menerangkan bahwa menguatnya fundamental ekonomi domestik seiring reformasi struktural yang terus berjalan akan terus mengerek naik nilai tukar rupiah.

Koordinasi antara BI dan pemerintah, diklaim Agus, akan membuat inflasi semakin terjaga pada tahun depan. Pada 2017, bank sentral mempertahankan proyeksi laju inflasi di 4 persen plus minus satu persen.

Untuk neraca pembayaran, lanjutnya, perbaikan pertumbuhan ekonomi domestik akan memicu semakin derasnya dana asing masuk. Dari sisi eksternal, dana masuk juga akan diperkuat dengan banyaknya negara-negara maju melonggarkan kebijakan moneternya.

"Jika kita lihat di triwulan I 2016, defisit neraca transaksi berjalan sudah membaik menjadi 2,1 persen terhadap PDB dari 2,4 persen terhadap PDB pada triwulan IV 2015," ujar dia.

BI memasang asumsi pertumbuhan ekonomi pada 2017 akan berada pada rentang 5,2--5,6 persen, lebih rendah dari asumsi pemerintah sebesar 5,3--5,9 persen.

"Prospek ekonomi nasional 2017 masih akan ditopang karena perbaikan permintaan domestik. Sejalan dengan perbaikan pertumbuhan ekonomi global, ekspor juga membaik," ujar dia.

Agus menerangkan kontribusi ekspor, yang selama ini anjlok, akan membaik pada tahun depan. Namun perbaikannya belum terlalu signifikan. Sedangkan, konsumsi rumah tangga, sebagai penyumbang terbesar dalam pertumbuhan ekonomi, juga akan pulih seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat.

Agus berujar perbaikan ekonomi domestik juga dipengaruhi dengan pemulihan pertumbuhan ekonomi global. Menurut Agus, prospek pertumbuhan ekonomi dunia pada 2017 akan mencapai 3,3 persen, atau lebih besar dari perkiraan tahun ini sebesar 3,1 persen.