Senator AS pertanyakan keamanan informasi pengguna Pokemon GO
14 Juli 2016 15:49 WIB
Pokemon GO. Bahkan personel militer Israel juga sedang gandrung mencari-cari Pokemon yang hilang di dunia maya. (youtube.com)
Jakarta (ANTARA News) - Senator Amerika Serikat yang mewakili negara bagian Minnesota, Al Franken, mempertanyakan keamanan informasi yang disetor pengguna aplikasi permainan Pokemon GO yang bukan tidak mungkin diberikan kepada pihak ketiga.
Hal itu disampaikan Franken dalam suratnya kepada CEO Niantic Inc perusahaan pengembang Pokemon GO, John Hanke, Selasa waktu setempat (12/7), yang juga mencantumkan sederet pertanyaan lebih lanjut untuk mendapatkan keterangan mengenai pengaturan privasi aplikasi itu.
"Saya khawatir sejauh mana Niantic mungkin akan mengumpulkan, menggunakan dan membagikan berbagai informasi pribadi pengguna tanpa izin yang sesuai," tulisnya dalam surat tersebut sebagaimana dilansir laman The Guardian.
Franken, yang saat ini menempati subkomisi privasi, teknologi dan hukum Senat AS, menuduh perusahaan pengembang Pokemon GO mengumpulkan informasi pengguna dan berkesempatan membagikannya kepada penyedia layanan pihak ketiga.
Ia menyoroti sebagian besar pengguna adalah anak-anak dan pengaturan dasar aplikasi tersebut memberikan keleluasaan untuk mengumpulkan data secara otomatis, dan pengguna harus secara khusus memilih opt-out atau pengecualian.
Franken menyampaikan tujuh permintaan keterangan lebih lanjut, termasuk di antaranya daftar pihak ketiga penyedia layanan yang mendapatkan informasi pengguna dari Niantic serta alasan mereka melakukan itu.
Aplikasi itu menyulut kontroversi lantaran meminta pengguna memberikan "akses keseluruhan" terhadap akun Google mereka, yang kemudian hal itu diluruskan sebagai sebuah kesalahan pemilihan kata dan nyatanya aplikasi hanya memiliki akses terbatas terhadap informasi kata kunci pengguna.
Pokemon GO menjadi fenomena global diluncurkan pekan lalu dan aplikasi tersebut saat ini sudah diunduh sebanyak 7,5 kali dan membuat nilai saham Nintendo melonjak sebesar 53 persen, menambah nilai perusahaan tersebut sebesar 7 miliar dolar AS.
Hal itu disampaikan Franken dalam suratnya kepada CEO Niantic Inc perusahaan pengembang Pokemon GO, John Hanke, Selasa waktu setempat (12/7), yang juga mencantumkan sederet pertanyaan lebih lanjut untuk mendapatkan keterangan mengenai pengaturan privasi aplikasi itu.
"Saya khawatir sejauh mana Niantic mungkin akan mengumpulkan, menggunakan dan membagikan berbagai informasi pribadi pengguna tanpa izin yang sesuai," tulisnya dalam surat tersebut sebagaimana dilansir laman The Guardian.
Franken, yang saat ini menempati subkomisi privasi, teknologi dan hukum Senat AS, menuduh perusahaan pengembang Pokemon GO mengumpulkan informasi pengguna dan berkesempatan membagikannya kepada penyedia layanan pihak ketiga.
Ia menyoroti sebagian besar pengguna adalah anak-anak dan pengaturan dasar aplikasi tersebut memberikan keleluasaan untuk mengumpulkan data secara otomatis, dan pengguna harus secara khusus memilih opt-out atau pengecualian.
Franken menyampaikan tujuh permintaan keterangan lebih lanjut, termasuk di antaranya daftar pihak ketiga penyedia layanan yang mendapatkan informasi pengguna dari Niantic serta alasan mereka melakukan itu.
Aplikasi itu menyulut kontroversi lantaran meminta pengguna memberikan "akses keseluruhan" terhadap akun Google mereka, yang kemudian hal itu diluruskan sebagai sebuah kesalahan pemilihan kata dan nyatanya aplikasi hanya memiliki akses terbatas terhadap informasi kata kunci pengguna.
Pokemon GO menjadi fenomena global diluncurkan pekan lalu dan aplikasi tersebut saat ini sudah diunduh sebanyak 7,5 kali dan membuat nilai saham Nintendo melonjak sebesar 53 persen, menambah nilai perusahaan tersebut sebesar 7 miliar dolar AS.
Penerjemah: Gilang Galiartha
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016
Tags: