Bromo lontarkan material pijar setinggi 50 meter
13 Juli 2016 18:24 WIB
Bromo Berstatus Waspada Abu vulkanis menyembur dari kawah Gunung Bromo, Probolinggo Jawa Timur, Selasa (12/7/2016). Hasil pantauan Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Gunung Bromo masih berstatus Waspada dengan semburan abu vulkanis setinggi 300-800 meter mengarah ke barat daya serta selatan dan gempa tremor tercatat antara 2-21 milimeter. Pengunjung dan masyarakat dihimbau untuk tidak mendekati kawasan kawah pada radius satu kilometer. (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto) ()
Probolinggo (ANTARA News) - Gunung Bromo yang berketinggian 2.329 meter dari permukaan laut melontarkan material pijar setinggi sekitar 50 meter dari puncak kawah dan teramati sinar api samar pada Rabu.
"Berdasarkan energi tremor dan deformasi, secara umum aktivitas Gunung Bromo masih berfluktuasi," kata Kepala Sub Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan saat dihubungi dari Probolinggo, Jawa Timur, Rabu.
Aktivitas Gunung Bromo pada 13 Juli 2016 secara visual terpantau cuaca cerah hingga mendung, angin tenang, suhu 8-20 derajat celcius, asap teramati putih, kelabu kecoklatan sedang hingga tebal, dan tekanan sedang hingga kuat.
Kemudian tinggi asap berkisar 300-1.000 meter dari puncak kawah ke arah barat daya-timur, kemudian terdengar suara dentuman lemah hingga sedang, teramati sinar api samar dan lontaran material pijar setinggi sekitar 50 meter dari puncak kawah.
"Secara seismik pada Selasa (12/7) tercatat gempa tremor amplitudo maksimum 1-15 milimeter dominan 2 milimeter, 49 kali embusan dengan amplitudo maksimumk 15-26 milimeter, dan 21 kali letusan dengan amplitudo maksimum 22-35 milimeter," tuturnya.
Berdasarkan data tersebut, lanjut dia, kesimpulannya Gunung Bromo masih dalam level II atau waspada, sehingga masyarakat tidak diperbolehkan memasuki kawasan dalam radius 1 kilometer dari kawah aktif gunung yang memiliki ketinggian 2.329 mdpl itu.
"Embusan abu vulkanis yang telah terjadi selama beberapa pekan terakhir merupakan hasil dari proses erupsi, tetapi belum berupa lontaran material pijar. Kalaupun terjadi lontaran, itu masih terjadi di dalam lubang kawah Gunung Bromo," katanya.
Hendra mengatakan bahaya ancaman erupsi masih didalam radius 1 kilometer dari puncak kawah dan potensi hujan abu dapat terjadi lebih dari radius 1 kilometer karena bergantung besar dan arah angin.
Sementara Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho melalui siaran persnya mengatakan aktivitas Gunung Bromo di Probolinggo makin meningkat dibandingkan dengan kondisi satu bulan terakhir.
"Hujan abu tipis terjadi di beberapa desa seperti Desa Ledokombo, Desa Wonokerso, dan Desa Sumberanom di Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo, namun aktivitas masyarakat normal dan tidak ada pengungsian," katanya.
Sedangkan kondisi Bandara Abdul Rahman Saleh di Malang juga normal dan penerbangan lancar, namun yang perlu diwaspadai jika arah angin ke arah barat hingga barat daya yang dapat berpengaruh pada lalu lintas penerbangan.
"Meskipun terjadi peningkatan seismik, status Gunung Bromo tetap waspada. Masyarakat diimbau tidak perlu panik, namun dilarang memasuki kawasan dalam radius 1 kilometer dari puncak kawah Bromo," ujarnya.
"Berdasarkan energi tremor dan deformasi, secara umum aktivitas Gunung Bromo masih berfluktuasi," kata Kepala Sub Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan saat dihubungi dari Probolinggo, Jawa Timur, Rabu.
Aktivitas Gunung Bromo pada 13 Juli 2016 secara visual terpantau cuaca cerah hingga mendung, angin tenang, suhu 8-20 derajat celcius, asap teramati putih, kelabu kecoklatan sedang hingga tebal, dan tekanan sedang hingga kuat.
Kemudian tinggi asap berkisar 300-1.000 meter dari puncak kawah ke arah barat daya-timur, kemudian terdengar suara dentuman lemah hingga sedang, teramati sinar api samar dan lontaran material pijar setinggi sekitar 50 meter dari puncak kawah.
"Secara seismik pada Selasa (12/7) tercatat gempa tremor amplitudo maksimum 1-15 milimeter dominan 2 milimeter, 49 kali embusan dengan amplitudo maksimumk 15-26 milimeter, dan 21 kali letusan dengan amplitudo maksimum 22-35 milimeter," tuturnya.
Berdasarkan data tersebut, lanjut dia, kesimpulannya Gunung Bromo masih dalam level II atau waspada, sehingga masyarakat tidak diperbolehkan memasuki kawasan dalam radius 1 kilometer dari kawah aktif gunung yang memiliki ketinggian 2.329 mdpl itu.
"Embusan abu vulkanis yang telah terjadi selama beberapa pekan terakhir merupakan hasil dari proses erupsi, tetapi belum berupa lontaran material pijar. Kalaupun terjadi lontaran, itu masih terjadi di dalam lubang kawah Gunung Bromo," katanya.
Hendra mengatakan bahaya ancaman erupsi masih didalam radius 1 kilometer dari puncak kawah dan potensi hujan abu dapat terjadi lebih dari radius 1 kilometer karena bergantung besar dan arah angin.
Sementara Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho melalui siaran persnya mengatakan aktivitas Gunung Bromo di Probolinggo makin meningkat dibandingkan dengan kondisi satu bulan terakhir.
"Hujan abu tipis terjadi di beberapa desa seperti Desa Ledokombo, Desa Wonokerso, dan Desa Sumberanom di Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo, namun aktivitas masyarakat normal dan tidak ada pengungsian," katanya.
Sedangkan kondisi Bandara Abdul Rahman Saleh di Malang juga normal dan penerbangan lancar, namun yang perlu diwaspadai jika arah angin ke arah barat hingga barat daya yang dapat berpengaruh pada lalu lintas penerbangan.
"Meskipun terjadi peningkatan seismik, status Gunung Bromo tetap waspada. Masyarakat diimbau tidak perlu panik, namun dilarang memasuki kawasan dalam radius 1 kilometer dari puncak kawah Bromo," ujarnya.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016
Tags: